Langsung ke konten utama

Infust Booster

Meski masih hijau, buah jeruk ini sudah cukup tua. Sudah bisa dibuat "wedang seruni"

Dahulu, di masa wabah penyakit aneh yang kemudian disebut Covid-19 melanda, suplemen pemacu imunitas tubuh bermerek dagang Imbost sempat sulit diperoleh di apotek karena ada aksi borong oleh konsumen. Padahal, ada infust booster yang bisa diracik berbahan herbal di sekitar kita.

Dokter Zaidul Akbar di Instagram membagikan banyak tips bagaimana cara membuat infust booster sendiri di rumah dengan memanfaatkan tanaman di sekitar rumah agar tidak harus membeli suplemen Imbost dar apotek. Tanaman dimaksud misalnya jahe, sereh, jeruk nips atau lemon, dan madu.

Di sebuah gerai makan dekat alun-alun Pacitan, kami menemukan minuman bernama “Wedang Seruni” di daftar menu. Usut punya usut ternyata akronim dari sereh, jeruk nipis, dan jahe. Setelah coba memesan dan mencicipinya, ternyata enak juga. Seger, hangat, dan tentu saja bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Hasil memungut buah yang matang dan berguguran pagi tadi dapat 12 buah. Wah, lumayan...

Akhirnya apa? Itu jadi sumber inspirasi untuk membuatnya sendiri di rumah. Kebetulan semua bahan itu tidak harus beli di pasar maupun swalayan. Jeruk nipis ada pohonnya di samping rumah, sereh dan jahe juga memang ditanam sebab selalu butuh buat bumbu bila hendak membuat gulai pindang.

Pohon jeruk nipis buahnya begitu lebat, tidak harus memetik karena duri di cabang dan rantingnya lumayan menakutkan. Kalau tidak ditusuknya minimal kebaret atau tergores yang menimbulkan perih bila terkena air saat mandi. Tiap pagi atau sore saya cukup memungut buah yang gugur sendiri.

Jadi deh “wedang seruni” buatan sendiri di rumah. Jadi deh infust booster yang benar-benar alami, natural, fruit fresh from the tree. Obat sebaiknya yang alami, natural, dan fresh dari tumbuh-tumbuhan, umbi-umbian atau rimpang, akar atau daun dan tentu saja buah seperti jeruk nipis atau lemon.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...