Langsung ke konten utama

Fungsi Bansos

Warga korban banjir di Perumahan Nunyai, kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung membersihkan sofa sehabis terendam banjir, Sabtu (24/2/2024) malam. Foto: Kompas/Vina Oktavia

Innalillahi wainna ilaihi roji
un. Hujan deras sedari pukul 4 sore kemarin mengirim air bah ke beberapa permukiman warga di beberapa kecamatan kota Bandar Lampung. Akibatnya rumah-rumah penduduk seperti kungkum di kolam renang.

Sejak lama daerah-daerah yang lebih rendah posisinya mudah sekali tenggelam bila hujan deras berjam-jam. Tengoklah Jakarta, daerah yang lebih rendah dan dekat bantaran kali Ciliwung, lebih menderita daripada daerah yang lebih tinggi.

Banjir ini salah satu bencana yang kerap melanda Jakarta selain kebakaran. Salah satu keadaan darurat yang membutuhkan penanganan serius selain sekadar mengamankan di penampungan sementara dan memenuhi kebutuhan pokoknya.

Banjir adalah akibat dan menampung serta menjamin ransum pengungsi adalah penanganan yang sifatnya darurat dan sementara. Yang lebih dibutuhkan adalah mencari penyebab banjir. Drainase yang buruk, tersumbat sampah dsb.

Drainase buruk ini jamak ada di kota besar yang penduduknya heterogen dengan perilaku yang mitigasi bencananya rendah. Perilaku membuang sampah secara sembrono, jadi pemicu awal mampatnya saluran air menimbulkan genangan.

Pola pikir masyarakat menengah ke bawah yang manja dengan penanganan sementara tiap kali bencana, seperti ditampung dan dijamin kebutuhan sandang—pangan, memunculkan ketergantungan dan ketidakmandirian mereka.

Penjaminan kebutuhan sandang—pangan dalam bentuk bansos pada keadaan darurat memang tanggung jawab pemerintah. Di sinilah fungsi bansos sebenarnya, bukan dibagi-bagikan untuk menarik simpati dan dukungan.

Yang terjadi di masa kampanye salah satu paslon capres/cawapres adalah bagi-bagi bansos sebagai strategi persuasif. Masyarakat dibuat “mabok bansos” sehingga di hari pencoblosan memilih paslon yang bagi-bagi bansos tersebut.

Bagi-bagi bansos di luar aturan kebutuhan semestinya sesuai regulasi, misalnya untuk kampanye pilpres oleh salah satu paslon, merupakan bentuk abuse of power. Regulasinya apa coba, sampai-sampai Mensos saja tidak dilibatkan sama sekali.

Di larut malam tadi, media sosial bertaburan video serta foto banjir yang melanda sebagian wilayah kota Bandar Lampung, kiriman warga yang terjun ke lapangan meliput sebagai bagian dari “jurnalis warga” demi mengabarkan bencana.

Di luar jurnalis mainstream, “jurnalis warga” tanpa disadari membawa banyak manfaat. Di era media sosial yang terstruktur, sistematis, dan masif banyak platform yang dimanfaatkan sebagai kanal berita. Kabar cepat tersampaikan.

Cepatnya kabar tersebar, cepat pula bantuan dikerahkan. BPBD di larut malam tadi berkutat mengevakuasi warga yang kebanjiran ke tempat yang aman. Cepat pula volunter bergerak mengulurkan bantuan sekecil dan sesederhana apa pun.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...