Langsung ke konten utama

Lagi, Absen Pemilu

Ilustration, image source: Find Logo Vector

Kemarin Sabtu, 10 Januari adalah kampanye akbar atau kampanye terakhir menutup rangkaian kampanye yang dilakukan tiga paslon presiden/wakil presiden.

Paslon 01 (Anies–Muhaimin) kampanye di JIS (Jakarta International Stadium), paslon 02 (Prabowo–Gibran) di GBK, paslon 03 Ganjar–Mahfud di Semarang dan Solo.

Pendukung dan simpatisan AMIN—Anis–Muhaimin ada yang rela long march penuh semangat dari Bekasi karena tidak berhasil mendapatkan carteran otobus.

Mereka datang atas kemauan sendiri, atas kesadaran sendiri, tanpa dibayar, tanpa dikerahkan, tanpa iming-iming apa pun, tanpa dimobilisasi oleh siapa pun.

Mereka datang atas keinginan sendiri, tergiur janji perubahan dan berhasrat mewujudkannya dengan cara memberi dukungan untuk kemenangan AMIN.

Mereka datang tanpa atribut apa pun, tanpa dress code tertentu, semua bebas dengan pakaiannya masing-masing. Datang semata-mata keinginan untuk datang.

Tidak ada hiburan dari grup band apa pun. Kampanye AMIN semata untuk kampanye terakhir atau penutup rangkaian kampanye yang telah dijalani melelahkan.

Band NTRL (foto: beritamusic.id

Kampanye Ganjar–Mahfud di Semarang/Solo, meski terlihat kostum merah khas partai banteng moncong putih karena memang para kader dan petugas partai.

Kontras dengan kampanye Prabowo–Gibran di GBK, ada pengerahan massa, ada dress code biru muda, ada band Dewa 19, Armada, NTRL, Duo Anggrek, dll.

Bisa jadi yang hadir di GBK bukan semata-mata demi kampanyenya, melainkan demi nonton Dewa 19 dan deretan artis yang mukanya glowing bak mutiara.

Tiga tahun dibekap pandemi, jangankan konser musik, sekadar kegiatan hari-hari saja dibatasi dengan aturan yang terkesan dibuat-buat tanpa kejelasan nyata.

Datang ke GBK memang melihat kampanye Prabowo–Gibran, tetapi yang lebih ingin dilihat adalah konser musik band papan atas idola mereka yang dirindukan.

Alih-alih bersemangat pada kampanye Prabowo–Gibran, mereka lebih semangat nonton penyanyi yang tampil. Iya, kan, daripada bayar konser kelas festival.

Ello dan Ari Lasso menyanyikan lagu "kangen" (foto: indopop.id)

Artis dan penyanyi yang tampil juga bukan semata menghibur, melainkan dalam rangka job mendulang cuan. Profesi mereka kan begitu, tampil bila dibayar.

Pemilu tinggal hitungan hari, semula saya sudah cukup senang, anak ragil pindah tempat memilih sehingga kemarin surat pemberitahuan untuknya tidak ada.

Ealah, kok, sore tadi diantar-susulkan ke rumah. Tidak ada gunanya juga disusulkan, toh mereka pada pemilu kali ini kembali absen menggunakan hak suaranya.

Toh, bukan kali ini saja mereka absen ikut pemilu. Sudah ke sekian kalinya. Entahlah akan apa jadinya hak suara milik anak-anak yang tidak pulang. Seterah.

Absennya tidak benar-benar sengaja ogah datang ke TPS. Absen karena terkendala jarak, ruang, dan waktu. Niat baik untuk menyukseskan pemilu tentu saja ada.

Hanya saja, keadaan yang tidak memungkinkan. Kalau sekadar untuk memilih capres/cawapres, bisa dengan cara pindah tempat memilih. Caleg tentu saja tidak.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...