Pada pukul 10:05 kemarin satu file untuk antologi puisi bertema “Teh, Imajinasi, Puisi” meluncur terkirim ke e-mail yang diterakan dalam flyer lomba menulis Antologi Puisi Indonesia Tingkat ASEAN dengan tema itu. Tambah satu lagi even yang diikuti. Lega sudah, tinggal mempersiapkan yang lainnya.
Sebenarnya file puisi yang terkirim kemarin ini, batas deadline yang ditentukan nanti 20 Juni
2025, tapi karena sewaktu menghadiri malam puncak peringatan Hari Puisi
Nasional di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, tangan saya mulai mengetikkan
bahan di ponsel, jadi 2 puisi. 1 puisi saya tulis setelah pulang.
Nah, yang batas deadline 30
Mei sebenarnya Antologi Puisi Penyair Nusantara untuk helatan Pertemuan
Penyair Nusantara (PPN) ke-XIII pada September mendatang. Justru belum satu pun
dari tiga puisi bertema “Puisi untuk Perdamaian dan Persaudaraan” saya buat. Cemmana ini, Lae. Kerja belum selesai.
Perdamaian dan persaudaraan adalah tema yang layak diapungkan di masa
yang serba ruwet ini. Dipelik berbagai persoalan memicu orang mudah berkonflik,
friksi dengan alasan yang ‘tidak beralasan’ pun mudah pecah. Jelas, konflik oleh hal kecil cenderung mudah terjadi dibanding oleh persoalan yang lebih besar.
Kerja mendamaikan orang yang berkonflik itu adalah panggilan nurani, jiwa persaudaraan sebagai tonggak penegaknya. "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."
Komentar
Posting Komentar