Langsung ke konten utama

Derita Sire


“Disdikbud Lampung Bangun Unit Sekolah Baru 5,6 Miliar.” Begitu judul
headline koran Kupas Tuntas kemarin, Kamis (8/05/2025). 6.298 ruang kelas kondidi rusak berat. Bisa sampai begitu, lantas apa kerja pemerintahan selama sepuluh tahun yang lalu (di masa gubernur Ridho 5 tahun dan Arinal 5 tahun)?

Lantaran infrastruktur jalan di kampungnya rusak parah, Bima Yudho Saputro, seorang TikToker menjuluki “Lampung Dajjal” saking kesalnya ia terhadap tidak maju-majunya Lampung karena ia tahu sumberdaya alam Lampung berlimpah. Kebun sawit dan pabrik minyak goreng, kebun tebu dan pabrik gula, pabrik tapioka juga ada.

Baca di sini: https://zabidiyakub.blogspot.com/2023/04/blog-post_15.html

Semua pabrik itu tentu ada kontribusinya terhadap pembangunan di Provinsi Lampung melalui pajak dan retribusi atas perizinan dan jasa lainnya. Tapi, kenapa Lampung “nggak maju-maju” kata Bima? Kembali kepada pertanyaan di atas, apa kerja pemerintahan? Secara kasat mata layak dinilai, pemerintahan gak ngapa-ngapain.

Syaiful Anwar, seniman musik Lampung pencipta lagu “Sang Bumi Ruwa Jurai” melukiskan dalam lagu itu Lampung adalah “bumi sai kayo rayo” saking berlimpahnya kekayaan alam Lampung. Sayangnya. alam atau “bumi” dikuasai penanam modal. Sawit dan minyak, tebu dan gula, singkong dan tapioka, hanya bikin kaya pengusaha.

Ruang sekolah rusak berat hingga enam ribu sekian, itu menandakan pemerintahan tidak memiliki political will untuk mencerdaskan anak-anak di Lampung dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang representatif. Gedung sekolah dibiarkan rusak, jalan sebagai akses menuju sekolah juga dibiarkan hancur berlumpur.

Sementara individu anak-anak juga telah kecanduan gawai dan permainan game baik sebagai bawaan gawai tersebut maupun yang diunduh secara gratis. Gedung sekolah sebagai perangkat keras dan semangat belajar anak-anak sebagai perangkat lunak tidak sejalan, menambah rendah nilai output yang dihasilkan lembaga pendidikan.

Rendahnya output lembaga pendidikan itu memengaruhi daya saing sumberdaya manusia provinsi ini dalam lapangan kerja yang memang terbatas. Perusahaan banyak kolaps dan adanya efisiensi, karyawannya dirumahkan membuat pengangguran semakin membeludak. Bagaimana fresh graduate bila melawan mereka yang nganggur.

Nganggur yang bukan sembarang nganggur, melainkan nganggur yang sudah mengantongi pengalaman kerja. Di situlah batu uji akan bekerja, sekeras-kerasnya batu uji bagi pencari kerja yang berpengalaman, masih keras bagi fresh graduate yang baru mau uji nyali ke dalam dunia kerja yang keras dan terbatas. Lengkap sudah “derita sire”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...