Mengempit 3 e-mail, e-mail
pertama Yahoo! Setelah punya G-Mail lalu G-Drive penuh mengharuskan buat G-Mail
baru. Waktu buat G-mail pertama karena e-mail Yahoo! bikin pusing saat hendak
kirim naskah calon buku antologi puisi ke penerbit. Itu terjadi tahun 2020 saat
pandemi Covid-19 meringkus warga negara dengan aturan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) yang meliputi 6 macam. Pertama,
peliburan sekolah dan tempat kerja. Kedua,
pembatasan kegiatan keagamaan. Ketiga,
pembatasan kegiatan sosial budaya. Keempat,
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Kelima, pembatasan moda transportasi. Keenam, pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan
dan keamanan. Pelaksanaan PSBB dilaksanakan selama masa inkubasi terpanjang (14
hari) dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran.
Mari membayangkan lagi. Betapa
tersiksanya dikungkung dengan aturan nggak
boleh ke mana-mana. Tagar #dirumahaja
digaungkan agar warga negara mendekam dalam rumah 24 jam tanpa batas yang
ditentukan. Setelah PSBB dirasa tidak lagi efektif, pemerintah menggantinya
dengan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Ini juga dibuat
beberapa macam kategori. Pertama PPKM lalu PPKM Darurat, kemudian PPKM level 3
dan 4, disambung dengan PPKM Mikro. PSBB mulai diterapkan 4 Mei 2020. PPKM
tahap 1 (11–25 Januari 2021), tahap 2 (26 Januari–8 Februari 2021). PPKM Mikro
tahap 1 (9–22 Februari 2021), tahap 2 (23 Februari–8 Maret 2021), tahap 3 (9–22
Maret 2021), tahap 4 (23 Maret–5 April 2021), tahap 5 (6–19 April 2021), tahap
6 (20 April–3 Mei 2021), tahap 7 (4–17 Mei 2021), tahap 8 (18–31 Mei 2021),
tahap 9 (1–14 Juni 2021), tahap 10 (15–28 Juni 2021), tahap 11 (22 Juni–5 Juli
2021), tahap 12 (6–20 Juli 2021), tahap 13 (21–25 Juli 2021).
PPKM Darurat adalah
lanjutan kebijakan PPKM yang bertahap (berjilid) hingga tahap atau jilid 13 di atas, ditujukan buat mencegah penyebaran virus Covid-19. PPKM Darurat diberlakukan pada 3–20 Juli
2021 untuk tahap atau jilid 1 (wilayah Jawa Bali) dan pada 12–20 Juli 2021 (15
wilayah luar Jawa Bali). PPKM level 1–4 diberlakukan pada 21–25 Juli 2021 di
sejumlah provinsi dan pada 26 Juli–2 Agustus 2021 juga di sejumlah provinsi. Di
tahun 2021 itu Covid-19 sedang mewabah di mana-mana. Kebiasaan kami mudik ke
Jawa saat Lebaran karena ada PSBB dan PPKM tentu tidak bisa kami lakoni,
menjadi yang tidak biasa jadinya. Agak gelo, memang, tidak bisa mudik karena
Ibu di Pacitan jatuh dan stroke, sejak usai Lebaran tahun 2019, saat Covid-19 baru
mulai menyebar dan jadi wabah mematikan.
Nah, uniknya, di balik PSBB dan PPKM yang berjilid dan berlevel-level itu, ada semacam keberuntungan ketika kegiatan belajar dari rumah diberlakukan. Di momen tertentu saat dibukanya PSBB dan PPKM dengan istilah masa pelonggaran, di saat itulah waktu yang tepat. Kami mengambil ancang-ancang untuk bergerak, kami berangkat ke Pacitan untuk menengok Ibu senyampang istri bisa mengajar dari rumah dengan fasilitas g-form dan zoom.
Di jalan memang tak ada pencegatan. Petugas yang berjaga di perbatasan wilayah bubar pulang ke rumah, bosan juga pikir mereka. Jalan tol lengang, hanya bertemu satu dua kendaraan. Tiada
terasa sudah 2 bulan kami di Pacitan, bisa leluasa merawat Ibu, tentu Ibu senang melihat
wajah anak-anaknya terutama yang ragil begitu telaten mengelap tubuhnya pagi dan petang, menyuapkan
bubur atau kupat tahu dan kopi susu kesukaan beliau.
Dari pandemi Covid-19 dan aneka
peristiwa di dalamnya. Lengking sirene ambulan yang bikin bergidik, pemakaman korban covid dengan protokol yang ketat –keluarganya hanya boleh melihat dari kejauhan– dan
ingatan-ingatan yang terbuncah tentang kematian, menjadi inspirasi bagi saya
dalam merangkai diksi menjadi puisi. Ada sejumlah puisi bercerita sejak kali
pertama wabah aneh muncul di Wuhan, Cina dan lika-liku sejarah perjalanan penyakit yang
kemudian diberi nama Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, menjadi satu buku “Antologi
Rasa” sehimpun puisi masa pandemi.
Nah, ketika hendak
mengirim naskah buku itu ke penerbit e-mail Yahoo! saya tidak bisa dibuka
karena nomor telepon yang terdaftar sewaktu membuat e-mail itu hangus. Tidak mau
larut dalam kendala, saya putuskan membuat e-mail di G-Mail. Maka, jadilah buku
“Antologi Rasa” tersebut dengan ada cerita tentang Luna Maya yang gagal nikah
bukan karena wabah Covid-19, melainkan karena si Barack nggak direstui Ibunya. Kini
Luna Maya sudah menikah. Setelah nomor telepon yang hangus bisa dihidupkan kembali,
e-mail Yahoo! bisa bangkit dari kuburnya. Dan, ada 30 judul puisi tentang
kematian masih sedih tersimpan, belum dicetak menjadi buku.
Na.. na.. na.. na.. kenapa pula pagi ini tatkala hendak membuka e-mail Yahoo! kok minta verifikasi PIN gawai? Oh, iya, kan nomor telepon di gawai ada dua dan kedua-duanya dipakai di e-mail Yahoo! dan G-Mail. Di samping itu, gawai juga pakai kunci layar (lock screen), maka –barangkali ini pikir Yahoo!– dugaan saya Yahoo! tidak lagi minta verifikasi melalui kode yang dikirim melalui WhatsApp ke nomor telepon, namun minta mengetikkan PIN kunci layar telepon. Boleh juga, lebih simple dari sebelumnya. Lebih aman karena permintaan PIN itu menegaskan Yahoo! memegang teguh e-mail protection. Semacam masker saat Covid dahulu, melindungi diri.
Komentar
Posting Komentar