Langsung ke konten utama

Nihilisme

credit picture: Feelsafat

Siang tadi saya berdua istri menjenguk kerabat yang pekan lalu masuk IGD kena stroke dan sudah pulang ke rumah. Melihat kondisinya saya teringat ayah.

Persis seperti ayah yang lumpuh anggota tubuh sebelah kanan. Kalau sudah tidur, ya, hanya bisa tidur. Pun kalau sudah didudukkan, ya, bisa duduk.

Ayah hanya bisa miring ke kanan karena cuma bisa menggerakkan anggota tubuh sebelah kiri. Jika ia pengin miring ke kiri, maka harus dibantu miringkan.

Begitu juga kerabat yang kami jenguk. Bedanya, ayah bisa berkomunikasi dengan jelas. Apa kehendaknya bisa diungkapkannya. Kerabat ini nihil komunikasi.

Ayah bisa menyendokkan makanan dengan tangan kiri, kerabat ini harus disuapi dengan perlahan karena lidahnya seperti ikut lumpuh, tidak bisa ia julurkan.

Air minum mesti disendokkan karena lidahnya tidak bisa menyedot pipet (sedotan). Kondisi demikian, yang merawat butuh kesabaran dan ketelatenan.

Agak sedikit repot karena nihil komunikasi. Nihilisme adalah perkara berat yang tidak bisa selesai kecuali lidahnya pulih dari kebas alias kaku, kembali normal.

Namun sayang, tidak bisa melayat kerabat yang berpulang kemarin malam saya dapat kabarnya. Karena jenazahnya dibawa ke kampung asalnya.

Ya, sudah, hanya bisa mengucapkan selamat jalan, Bro. Mudah-mudahan engkau husnul khatimah, Bro. Ditempatkan di tempat yang terbaik di Sisi-Nya, Bro.

Dikumpulkan bersama orang-orang yang beriman dan beramal shalih, masuk dalam golongan umat Nabi Muhammad Saw yang kelak ditaburinya syafaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...