Langsung ke konten utama

Doa Ortu

Credit photo: MTs Birrul Walidain

Hari ini anak ragil yang kami panggil adek ultah. Habis tahajud sebelum ke masjid, saya ketik ucapan selamat serta doa di WA dan mengirimnya pukul 04:25. Pukul 07:00 kakaknya menyusul kirim ucapan.

Barangkali kakak baru buka hape. Ibunya menyusul satu jam kemudian, 08:00. Pukul berapa si adek yang dikasih ucapan membalas? Pukul 14:15, barangkali baru bangun karena biasanya habis subuh tidur lagi.

Bekerja di sebuah platform media berita digital di Jaksel dengan jam kerja fleksibel, membuatnya santai. Meski sudah di Jakarta ternyata wfh masih bisa dijalani leluasa. Bisa nyambi bekerja remote.

Sebenarnya doa ortu untuk anaknya tidak hanya pas ultah saja, tetapi terus setiap habis salat fardu dan sunah. Intinya sepanjang ortu menghela napas, di sepanjang itu pula doa dilangitkan ke Hadirat Ilahi.

Terwujudnya apa yang didoakan ortu buat anak itu bergantung pada ortunya, pada ayah dan ibunya. Maka, berdoalah memohon Allah SWT menjadikan kita ortu yang lebih baik, yang bisa menjadi panutan.

Umumnya setiap ortu akan mendoakan yang baik untuk anaknya. Sehat, panjang umur, berkah, murah rezeki, lurus dalam tindakan, rajin beribadah dengan takwa meningkat dan rajin bershalawat pada Rasul.

Ada doa bagus bahasa Sunda. Yaitu, cager (sehat), bageur (berperilaku baik), bener (jujur), pinter (cerdas), dan singer (terampil). Jika semua itu ada pada seorang anak, maka ortunya senang pisan.

Tetapi, yang terjadi akhirnya bener, pinter, dan singer acap disalahgunakan sehingga bageur tereduksi. Orang yang berperilaku koruptif pada umumnya memadukan pinter dan singer untuk berbuat suatu yang tidak benerBener sebenarnya disalahgunakan.

Dalam masalah berdoa untuk diri sendiri dan anak-anaknya, setiap ortu akan betah duduk lama di atas sajadah dan tenggelam dalam kekhusyukan yang hening. Berpanjang-panjang doa dalam kiyamul lail untuk keselamatan di dunia dan akhirat mereka.

Mau doa yang pendek, baca saja doa Nabi Zakaria a.s. seperti tersurat di Surah Ali Imran 30, “Ya Tuhanku, berikanlah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”

Atau ada juga yang cukup singkat serta simpel. Yaitu, di Surah Ibrahim 40, “Ya Tuhanku, jadikanlah hamba dan anak cucu hamba orang-orang yang tetap taat mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doa hamba.” Atau ada banyak macam doa di Quran.

“Aamiin aamiin makasih semuanyaaa,” balasan dari si adek. “Makan-makan, Bu,” lanjutnya disertai emoji ketawa berair mata. “Makan-makan tp di tempatnya masing2…,” balas ibunya. Terselip juga emoji tiga biji.

Tentu saja kami tidak bisa merayakan ultahnya adek dengan makan-makan bersama karena berpisahnya tempat. Si kakak jadi “diaspora” di Surabaya, si adek di Jakarta. Ayah ibu mereka kayak “pacaran lagi” kata orang-orang. Ya, begitulah adanya. Alhamdulillah...!!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...