Langsung ke konten utama

Jembatan Layang


Pada esai bertema “Membangun Bumi Ruwa Jurai” saya menulis, “Pemimpin bermental kapitalis jebolan pengusaha, berbeda dengan pemimpin yang naik tangga karier sebagai birokrat. Sosok pertama, dasar kepemimpinannya adalah ‘balik modal dan untung besar’. Yang terjadi kemudian adalah abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan). Sosok kedua, dasar kepemimpinannya melayani dan menyejahterakan rakyat. Buah karyanya terlihat nyata. Ambil contoh Sjachroedin ZP dengan proyek Kota Baru, walaupun mangkrak. Dan, Herman HN dengan flyover (jembatan layang)-nya, walaupun tidak terlalu signifikan.”

Saya pengin menyoal jembatan layang yang dibangun Herman HN yang tidak terlalu signifikan. Pertama, jembatan layang penghubung Jalan Gajahmada dengan Stadion Pahoman ini akhirnya memakan korban. Seorang Motovlog bernama Dedi Kurniawan atau biasa disebut Denbaguz meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan tunggal pada Sabtu, 29 April 2023 pukul 02:45 WIB. Mengapa bisa sampai terjadi kecelakaan? Karena bentuk jembatan layang nyeleneh. Bukan lurus, melainkan ada tikungan dan zigzag. Jika tidak tahu bentuknya seperti itu, maka potensi terjadi kecelakaan sangat besar. Perlu kewaspadaan ekstra tinggi.

Kedua, jembatan layang Mal Boemi Kedaton (MBK), siang tadi pukul 11:10 WIB juga memakan korban. Dua mobil yang sama-sama berwarna putih, Avanza dan Rush “beradu cium” kemudian satu pikap yang juga berwarna putih melintang tak jauh dari kedua minibus yang ringsek di bagian bemper itu. Satu sepeda motor yang dikendarai seorang ibu dan anaknya terlibat kecelakaan. Meski tidak ada korban jiwa, tetapi anak kecil yang dibonceng ibunya mengalami syok hingga pingsan. Setelah terjadi kecelakaan begitu, tidak salah bila saya menganggap keberadaan jembatan layang di kota Bandar Lampung tidak terlalu signifikan.


 

Di Jembatan Layang

Puisi Zabidi Yakub

Di jembatan layang, kendaraan serasa terbang
Pagi, semua berduyun-duyun menuju tujuan
Pasti arahnya, semua kantor-kantor di kota
Juga kantor pemerintahan di daerah penyangga
Atau keperluan lain selain urusan “dinas” kantor

Siang, ternyata keriuhan di jembatan layang tak reda
Ada saja kendara digesa menanjak dan menuruninya
Entah siapa mereka, entah ke mana, entah apa tujuan
Dari Barat menuju Timur. Demikian pula sebaliknya
Orang dari Barat ke kota, orang Timur keluar darinya

Masuk kota atau keluar darinya, satu jalan arahnya
Jembatan layang MBK, siang tadi ada kecelakaan
Mobil beradu cium, pemilik hanya memagut getun
Matahari tepat di atas ubun-ubun menyaksikannya
Carilah, di mana signifikansinya jembatan layang?

Sudah tersimpan di arsip dokumentasi surat kabar
Pemotor terjun bebas di jembatan layang Pahoman
Beritanya sebar meski eksemplar koran menyusut 
Viral dibantu media sosial, daya pukaunya salut
Tanya, mana lagi akan dibangun jembatan layang?

Bandar Lampung, 14 September 2023 | 19:58 |

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...