Langsung ke konten utama

Kardus Bukan Kaleng-kaleng

Menyiapkan pernikahan anak itu jalannya panjang dan berliku. Mulai dari acara perkenalan kedua belah pihak keluarga. Sederhananya nembung, tetapi kami arahkan saja sebagai melamar secara tidak formal dalam arti tanpa engagement.

Di acara pasca-lebaran itu kental terasa nuansa halal bihalal, silaturahim sesama umat muslim yang baru saja meraih kemenangan, layaknya orang yang saling bermaaf-maafan, kalaupun terdapat kekeliruan dari lazimnya, ya, tentu saja dimaafkan.

Sambuatan berhias pantun “ikan sepat ikan gabus, makin cepat makin bagus” itu nyatanya tidaklah bisa sesederhana mengucapkannya. Ada hal-hal yang sebenarnya sederhana, tetapi butuh pemikiran jernih dalam menyiapkan dan menyelesaikannya.

Satu per satu disiapkan dan diselesaikan. Sampai akhirnya hari-H yang jauh dari hari nembung itu, ternyata tanpa terasa sudah di depan mata. Maka, pantun “ikan sepat ikan gabus, makin cepat makin bagus” itu tidaklah sebagus makna dikandungnya.

Sekadar mengopeni satu item pernak-pernik, yaitu souvenir, butuh sentuhan tangan satu per satu hingga 300 pcs. Yang 300 pcs lainnya memang dikerjakan oleh vendor. 600 pcs dua varian souvenir telah dikemas dalam 6 kardus bukan kaleng-kaleng.

Siang tadi, keenam kardus bukan kaleng-kaleng itu sudah dievakuasi ke Labuhan Ratu. Sampai hari-H akan opname di sana, untuk kemudian nanti akan diusung ke gedung tempat wedding event dilaksanakan. Satu urusan telah mengurangi beban.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...