Langsung ke konten utama

Salah Maning

Gambar dari TikTok Gembel Elite

Lagi-lagi saya salah baca. Untuk kali kedua ini terjadi. Kesalahan yang pertama, sewaktu diminta mengirim kembali berkas SP2B FBK IB dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek. SP2B adalah surat perjanjian pemberian bantuan. FBK IB adalah fasilitasi bidang kebudayaan interaksi budaya domestik tahun 2023.

Ada tiga dokumen, SP2B, BAP, dan Kuitansi. Kami (pemenang Rancage penerima bantuan) diminta mengirim dua rangkap berkas dokumen tersebut. Rangkap satu ditandatangani di atas materai, ada dua dokumen. Rangkap dua, ditandatangani tanpa materai, kesemua dokumen alias tiga dokumen.

Dari lima penerima bantuan, hanya Narko Sodrun Budiman yang mengirim dengan benar dan sesuai. Lainnya hanya mengirim satu atau dua rangkap, tetapi tanpa materai. Yang belum benar dan sesuai, diminta mengirimkan susulan perbaikannya. Karena kesalahan itu, pencairan dana bantuan agak lambat.

***

Kesalahan kedua, semestinya 5000 karakter saya mengira 5000 kata. Ini tentang "hajat" menulis buku bunga rampai tentang "terkenang kampung halaman" yang bakal diterbitkan "Sijado Institute", hingga batas deadline 15 November pukul 18:41 baru 25 naskah diterima dari 45 peserta yang terdaftar bakal ikutan.

Tewas saya buru-buru kirim tanggal 4/11 karena ada dua keterangan bikin ragu. Pada fb satu admin, di atas tertulis keterangan "Yang kepenging ikutan, masih terbuka hingga 15 November 2023" sedang di bawah tertulis "Naskah ditunggu paling lambat 5 November 2023 dan buku terbit Desember 2023".

Ya, sudahlah, kadung dikirim. Pandai-pandailah editornya memangkas gundul naskah saya. Mana yang diambil sesuai dengan judul dan isi cerita dan mana yang dibuang jauh-jauh. Karena tidak ada opsi dari admin, meminta saya mengedit ulang naskah agar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.



#terkait kesalahan yang pertama, baca juga postingan tangggal 5/10/2023 "Cermat Membaca"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...