Langsung ke konten utama

Cermat Membaca

Gambar: IDNTimes

Tiga file pdf, SP2B (Surat Perjanjian Pemberian Bantuan), BAP (Berita Acara Pembayaran), dan Kuitansi, petunjuknya diprint dua rangkap, rangkap pertama SP2B dan BAP ditempeli materai dibubuhi tandatangan di atas materai itu dan rangkap kedua ditandatangani saja tanpa materai. Kuitansi di bawah 5 juta tanpa materai. Begitu keterangan lengkapnya.

Tiga file itu dikirim via WA, saya terima 31/8. Disusul penjelasan keesokannya. Baru saya tandatangani dan kirim 12/9. Diberikan jawaban bahwa berkas kurang lengkap dan ada kesalahan tanggal 2/10. Langsung saya perbaiki dan kirim kembali kemarin (4/10) via JNE Yes, diperkirakan sampai sore ini selambat-lambatnya magrib. Begitu keterangan admin JNE.

Semua terjadi karena saya tidak "cermat membaca" penjelasan. Hal apa pun jika tidak cermat, maka akan mengetam masalah. Apalagi menyangkut bantuan dana dari pemerintah, tentu semua aturan harus dipenuhi dengan tertib dan prosedural sesuai SOP yang ditetapkan, bila tidak mau tersangkut masalah di kemudian hari. Begitu kira-kira pemahamannya.

Jadi, yang saya hendak ceritakan ini adalah perihal bantuan dana dari Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek meliputi ongkos pesawat Lampung--Bali pergi-pulang untuk mengikuti Ubud Writers and Reader Festival, 18--22 Okt 2023. Karena saya peserta terjauh asalnya, maka dana yang disediakan lebih besar daripada peserta yang lainnya,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...