Langsung ke konten utama

Rancage Literary Award Celebration

Nah, ini acara yang diplot Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2023 untuk Yayasan Kebudayaan Rancage, yaitu Rancage Literary Award Celebration, yang diberi tajuk Festival Club; "Ekspresi Sastra Lokal di Panggung Internasional" berupa acara penyerahan piagam penghargaan kepada lima pemenang Hadiah Sastera Rancage Tahun 2023 (sastra Batak, Lampung, Sunda, Jawa, dan Bali).

Yang menarik adalah kami berlima pemenang didaulat membaca puisi dengan bahasa daerah masing-masing. Karena sudah diberi tahu pada siang harinya oleh Prof. I Wayan Dibia, peraih hadiah dari genre sastra Bali, bahwa kami akan membaca puisi sesuai tema UWRF, yaitu Atita, Wartamana, dan Anagita (the past, present, and the future atau Masa Lalu, Masa Kini, Masa Depan) yang diilhami 'Tri Semaya' kearifan lokal Bali.

Maka, siang sepulang dari mengikuti Main Program, saya menulis puisi menyesuaikan tema dimaksud. Tentu saja ada unsur tiga waktu yang berbeda tersebut. Jadi, puisi saya yang baru, punya teman lainnya puisi lama semua. Penampilan ditutup dengan kolaborasi, baca penggalan puisi lalu mengakhirinya dengan menggemakan yel-yel "bahasa daerah jaya, bahasa Indonesia untuk dunia."

Di bawah ini sajak bahasa Lampung yang saya karang untuk ditampil-bacakan pada acara malam penganugerahan hadiah sastra Rancage di Restoran Indus. Pembacaan puisi dengan bahasa daerah masing-masing pemenang Rancage ini diinisiasi oleh Prof. I Wayan Dibia (pemenang dari genre sastra Bali). Sungguh ide yang brilian. Meski penonton tidak mengerti, niscaya akan tetap antusias.

Di dalamnya terkandung kata nambi atau kemarin, ganta atau sekarang, dan jemoh atau besok sesuai dengan tagline Ubud Writers and Readers Festival 2023 yaitu Atita, Wartamana, Anagita (The Past, Present, dan The Future) yang diilhami 'Tri Semaya' kearifan lokal Bali. Ya, budaya Bali memang kaya warna dan rupa, semua mencerminkan kearifan lokal yang toleran, santun, dan agamis.



Medakko Mata

Puisi Zabidi Yakub

Gegoh minjak jak buhanipi, nambini
Mansa hadiah ji mawek kunyana
Riya mun
éh tugok di Bali ji
Rancag
é sék kedau rencaka

Jak jawoh nyak ratong mit Bali
Kambor cakak burung besi
Soekarno-Hatta—I Gusti Ngurah Rai
Guwai hadir di Ubud Writers ji

Ayin angkah memidoran
Injuk turis asing kemedi
Sangun wat do kelapahan
Nyin bahasa daerah ram lestari

Di Lampung tari Sigéh Penguten
Di Bali tari Kecak
Pengiring ni gegoh gamelan
Ingkah sumang di gerak

Bumacom suku rik basa
Seno ingkah guwai pembida
Mak kandung ram Indonesia
Ngewawang ram unggut ganta

Di Ubud Writers nyak medakko mata
Kuriyap jalma bumacom asalni
Buhimpun atas nama sastra
Bumacom jalma teson jadi sai

UWRF jadi pengikok, diikokni jadi sai
Injuk sapu lidi, mawek bakal telesah
Kidang ajo waktuni adu sampai
Jemoh neram aga bupisah

 

Ubud, 20 Oktober 2023 | 14:48 |


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...