Langsung ke konten utama

Usia Manusia Berguguran

Malam tadi, usai magrib saya ngaji. Menabung bacaan Surah yang sudah ditentukan admin WAG HuManIs dalam agenda one week one juz, untuk disetor pada putaran berikutnya. Berkesinambungan dan istikamah.

Di tengah nikmatnya membaca kajian, tetiba ada yang mengetuk pintu dan beruluk salam. Ternyata, setelah istri saya membuka pintu. Oh, saudara satu komplek perumahan yang datang, mengantarkan undangan.

Yang punya hajat, dahulu ASN Sekretariat Pemerintah Kota Bandar Lampung. Kami akrab dan familier. Istri beliau orang Ranau, dahulu masih adik kelas saya jauh sejak SD hingga saya pergi meninggalkan kampung.

Mengagetkan. Setelah istri saya membuka undangan dan mencermatinya, dia bertanya, memangnya si ‘ini’ nih sudah meninggal, ya? Saya ambil surat undangan dari tangannya dan memperhatikan secara cermat.

Iya, ada tulisan ‘Alm’ diapit tanda kurung di belakang namanya. Benar-benar mengagetkan. Sungguh tidak menyangka, masa pandemi Covid-19, tentu saja untuk saling bertemu sulit dilakukan oleh kebanyakan orang.

Saat pandemi melandai, mulai ada hajatan pernikahan kolega dan saudara bisa kami hadiri. Tetapi, saya tidak ingat secara pasti di hajatan siapa dan kondangan di mana masih bertemu dengan yang bersangkutan?

Siang tadi, kami kondangan ke rumahnya. Hajatan ngunduh mantu untuk putra keduanya. Ini kali ketiga beliau menggelar hajatan. Pada hajatan dua anaknya terdahulu, kami masih bertemu dan bersalaman.

Siang tadi, sosok beliau sudah tiada. Kakak kandung istrinya dari Ranau yang jadi pengganti dampingi istrinya menerima ucapan selamat dari tetamu. Waktu berjalan dan usia manusia berguguran di tengah jalan.   


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...