Langsung ke konten utama

Keberagaman

Presiden Jokowi mengenakan baju adat Pepadun dari Lampung (foto: CNN Indonesia)

Dari tahun ke tahun, peringatan HUT Kemerdekaan RI makin hikmat dan meriah. Makin memperlihatkan kepada ‘dunia’ bahwa keberagaman bisa dipersatukan. Di situlah kekuatan Indonesia. Beragam, tapi bersatu.

Amat sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis pada lambang negara Indonesia yaitu Burung Garuda. Bhinneka Tunggal Ika mempunyai nilai filosofis untuk menyatukan bangsa lndonesia agar tidak tercerai berai.

Sejak tahun 2017 Presiden Jokowi mulai pakai baju daerah saat upacara peringatan HUT kemerdekaan RI. Hingga tahun 2023. Diikuti menteri dan pejabat tinggi negara lainnya. Bersama dalam keberagaman.

Pada 2017, Jokowi mengenakan baju adat khas Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Tahun 2018, baju adat khas Aceh. Tahun 2019, baju adat khas Klungkung, Bali. Tahun 2020, baju adat Timor Tengah Selatan, NTT.

Tahun 2021, Jokowi baju adat khas Pepadun, Lampung. Tahun 2022, baju adat khas Kesultanan Buton, Sulawesi Tenggara. Tahun 2023 ini pakai baju Raja Pakubuwono Surakarta (Ageman Songkok Singkepan Ageng).

Pakaian tersebut kerap dikenakan Raja Pakubuwono Hadiningrat dalam acara Enggar Enggar soho Tedhak Loji. Yaitu saat raja keluar dari keraton dengan menaiki kereta berkuda untuk “blusukan” melihat para kawula.

Kalau tahun 2022 kemarin, Farel Prayoga yang jadi bintang panggung dengan lagu Ojo Dibandingké, maka pada tahun 2023 ini panggung milik Putri Ariani yang menyanyikan lagu Rungkad ciptaan Vicky Tri Prasetyo.

Tahun lalu, begitu suara merdu Farel terdengar, semua yang ada di halaman Istana Negara berjoget spontan. Tahun ini pun begitu, saat Putri Ariani mulai menyanyi semua hadirin berdiri dari kursinya masing-masing.

Tak tahan hanya joget di tempat duduk, mereka turun ke halaman menyerbu penyanyi peraih Golden Buzzer di ajang Americas Got Talent tersebut. “Rungkad enték-entékan.. Kelangan kowe sing paling tak sayang.”

Gadis tunanetra asal Jogja ini lolos ke babak semifinalis ajang Americas Got Talent pada September mendatang. Mudah-mudahan bisa tembus finalis bahkan jadi juara. Jika iya, tentu ini akan membanggakan Indonesia.

 

Tonton aksi panggung Putri Ariani membawakan lagu Rungkad di halaman Istana Negara, di sini:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...