Langsung ke konten utama

50 Tahun Majalah Bobo


Tahun ini Majalah Bobo berusia 50 Tahun. Pertama terbit tahun 1973. Merayakan ulang tahun emas ini, diterbitkan majalah Bobo edisi spesial 100 halaman.

Majalah hiburan anak-anak ini setia menyambangi pembaca setiap Kamis. Sejak beberapa hari lalu saya melihat ada pre-order edisi spesial ini di lokapasar.

Disebutkan di iklan pre-order itu edisi spesial akan terbit Senin, 3 Juli. Nah, Senin lalu saya sambangi Gramedia, ternyata gak ada barangnya. Zonk, Coy.

"Ah, barangkali belum datang," pikir saya. Tadi siang saya kembali menilik Gramedia. Ada majalah Bobo edisi regulernya saja, yang edisi spesial tidak ada. 

Wah, ekspektasi saya untuk memiliki edisi ulang tahun emas ini kandas. Apadaya sekadar penghias buat postingan ini, saya donlod gambar di gugel.

Karena pecinta koran tingkat akut atau maniak, waktu koran KOMPAS ulang tahun emas, saya bisa memilikinya karena, ya, pembaca setia KOMPAS.

Sempat cukup lama langganan KOMPAS khusus edisi hari Sabtu dan Minggu. Karena Sabtu ada halaman puisi dan Minggu ada halaman cerpen.

REPUBLIKA juga, yang edisi hari Jumat karena ada suplemen Tabloid Dialog Jumat dan edisi hari Ahad karena ada puisi dan cerpen. Karena maniak itu tadi.

REPUBLIKA akhirnya berhenti terbit edisi cetak per 31 Desember 2022. Terbit sejak 4 Januari 1993, belum genap 30 tahun usianya sudah mati lebih dahulu.

Kini tinggal edisi digital. Pembaca setia masih bisa mengakses beritanya melalui republika.co.id yang dikhususkan untuk pembaca non-berbayar ~ gretong.

Sedangkan republika.id bisa diakses dengan cara berlangganan terlebih dahulu. Disrupsi media masif melanda. Sebesar REPUBLIKA pun menyerah kalah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...