Langsung ke konten utama

Sewindu Kartu Tri

inilah sosok kartu tri saya, masih kartu utuh seperti sediakala sejak mula pertama menggunakannya

Hari ini Kartu Tri saya berulang tahun ke-8. Gak terasa sewindu sudah membersamai. Kartu Tri dahulu beda dengan yang sekarang, sejak merger Indosat Ooredoo dengan Hutchison Tri. Dahulu Kartu Tri punya tagline nggak ada matinya. Itu yang saya suka dari Kartu Tri.

Kartu 3 saya aktif sejak 5/7/2015. Jika usia satu windu, berarti setara dengan 2.921 hari. Wah, panjang umur sekali kau kartu 3. Saya isi pulsa 10.000 pada 4/6/2023 diganjar masa aktif hingga 4/7/2023. Pada 3/7 saya cek apakah akan masuk masa tenggang? Ternyata tidak.

Ternyata masa aktif diperpanjang, Coy, hingga 4/8/2023 karena pulsa yang saya isikan tidak terpakai. Ya, cuma untuk memperpanjang usia kartu agar tidak hangus. Saya kapok dahulu kartu XL saya hangus gegara telat isi pulsa. Nah, beruntung saja bisa diaktifkan kembali.

Kartu hangus masih bisa diaktifkan kembali itu karena nggak ada yang make. Bejo banget itu. Setelah Kartu XL itu hidup kembali, saya jadinya memiliki tiga kartu (XL, 3, dan Telkomsel). Kartu XL milik istri saya juga sempat hangus, tetapi bejo juga masih bisa diaktifkan kembali.

Kini sejak merger itu, masa aktif Kartu Tri mengikuti ketentuan seperti kartu IM3 milik Indosat. Pulsa 10.000 yang saya isikan 4/6 ternyata bisa memperpanjang usia kartu hingga 4/8. Nggak tahu nanti, setelah 4/8 apakah diperpanjang lagi atau tidak. Baru akan keruan nanti.

Secara pulsanya nggak digunakan, mestinya akan terus diperpanjang. Artinya, pada dasarnya sama saja ‘nggak ada matinya’, tetapi bedanya kalau dahulu walaupun pulsa 0 pun kartu nggak hangus. Kalau sekarang pulsa 0 itu bisa jadi akan hangus. Artinya, ‘ada matinya’ juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...