Langsung ke konten utama

Membaca

Ilustrasi, anak yang suka membaca. (gambar: Dinas Kersipan dan Perpustakaan Kabupaten Bandung)

“Membaca adalah percakapan sunyi antara pikiran kita dan pikiran para pemikir besar” kata Leo Tolstoy. Nama lengkapnya Pangeran Lev Nikolayevich Tolstoy. Ia adalah seorang sastrawan Rusia, pembaharu sosial, pasifis, anarkis Kristen, vegetarian, pemikiran moral dan seorang anggota berpengaruh dari keluarga Tolstoy.

Tolstoy putra keempat Pangeran Nikolai Ilyich Tolstoy, lahir di Yasnaya Polyana, Rusia pada 9 September 1828 dan meninggal di Astapovo 20 November 1910. Tolstoy menikah dengan Sofia Andreevna Bers pada 1862, dikaruniai 13 orang anak, 5 anaknya meninggal saat masih bayi atau di usia muda (Petrus, Nikolay, Barbara, Alexei, dan Iwan).

Iqra’ (bacalah) perintah Jibril kepada Muhammad di Gua Hira saat wahyu pertama turun. “Aku bukan pembaca,” jawab Muhammad. Lalu Jibril menyuruhnya mengikuti apa yang dibaca Jibril, “Iqra` bismi rabbikallażī khalaq, khalaqal-insāna min ‘alaq, iqra` wa rabbukal-akram, allażī ‘allama bil-qalam, ‘allamal-insāna mā lam ya’lam.”

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Begitulah yang terjadi di Gua Hira saat Muhammad bertapa.

Jibril diutus Allah SWT turun mendatangi Muhammad membawa wahyu pertama QS. Al-Alaq 1–5. Sejak itu Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT, maka pada namanya disematkan ‘gelar’ Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Menjelang usia 40 tahun, beliau mulai sering menyendiri di gua tersebut, yang terletak di Jabal Nur.

Sebutan “Shallallahu ‘Alaihi Wasallam” (صلى الله عليه و سلم) mulai ditambahkan pada nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setelah masa kenabiannya. ‘Gelar’ Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ini merupakan doa agar Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan.

“Buku adalah guru yang tidak pernah marah ketika kita lambat memahami,” kata Tere Liye. Quote yang sepintas hanyalah sekadar candaan. Tentu saja benar belaka karena buku adalah benda tak bernyawa yang tiada mungkin bisa menuntut komitmen kita. Namun, sebagai guru, betul buku memberi banyak manfaat bagi para pembacanya.

Jadi, bacalah buku hasil pemikiran orang besar agar pikiran kita mendapat asupan suplemen dari pikiran-pikiran bernas para pemikir besar. Namun, jangan abai untuk membaca Al-Quran (ngaji) agar hati sejuk dan tenang, jauh dari prasangka. Saya ngaji setengah juz bakda Magrib dan setengah juz bakda Subuh sehingga one day one juz.

“Saya menulis karena saya membaca dan saya membaca karena saya mencintai hidup,” kata Andrea Hirata. Penulis novel trilogi Laskar Pelangi ini benar. Untuk bisa menulis tentu harus suka membaca. Bagi saya tidak cukup sekadar suka membaca, tapi apa yang saya lihat atau amati dan apa yang saya dengar, bisa jadi bahan saya membuat tulisan.

Boleh mampir kembali ke beranda ini: https://zabidiyakub.blogspot.com/2025/02/blog-post_8.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...