Langsung ke konten utama

Angin Badai

atap spandek berangka baja ringan porakporanda oleh angin kencang kemarin siang

Pulang dari Kinar Resto, sesampai di Jl. Teuku Cik Ditiro, banyak sampah berserakan di jalan. Semula kupikir ceceran sampah terjatuh dari truk sampah. Anehnya, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Tapi, hingga masuk perum BKP sampai Spring Hills ada juga serpihan sampah serupa. Dan ketika dapat kiriman video dan gambar atap rumah somplak baru ngeh, rupanya ada angin badai yang mengirimnya.

Atap rumah spandek dengan rangka baja ringan, sekilas begitu efisien dan dianggap irit biaya dibanding atap genteng atau asbes dengan rangka kayu. Ternyata rawan rusak diserang angin kencang.

Angin kencang atau puting beliung, memang jarang terjadi di kota Bandar Lampung. Umumnya terjadi di daerah Tanjungbintang dan sekitarnya. Nah, sekali masuk kota, luluhlantak apa saja yang diamuknya.

***

Dampak angin badai kemarin, jaringan internet di sekitar perumahan kami lumpuh. Saya coba lapor, menelepon operator provider internet, ternyata ribet urusannya. Mengirim pesan WA dijawab oleh robot.

Disuruh tekan 1 untuk bla bla, tekan 2 untuk bla bla. Nah, daripada ribet gitu saya coba jalur WA. Eh, yang ngejawab robot alias jawaban otomatis berbasis artificial intellegency. Malah makin lebih kacau lagi.

Rencana siang ini tadi pengin besuk tetangga di ICU RS Advent sekalian ke kantor provider internet di Jl. Majapahit. Tapi, ternyata sudah datang teknisi memeriksa di tiang telepon.

Gak jadi besuk dan ke kantor provider. Cukup menunggu hasil perbaikan oleh teknisi. Kupikir, berarti dengan datangnya teknisi, setidaknya laporan saya melalui WA ada respon dari mereka.

***

Kemarin diperingati sebagai Hari Buku Sedunia. Kendati nunut istri pertemuan rutin dua-bulan-an para pensiunan, biar nggak boring, saya bawa buku, namun tidak juga dibaca karena ngobrol.

Siapa masih suka baca buku di era digital dan AI ini? Bisa dikatakan orang-orang lebih suka asyik sendiri dengan gadget di tangan. Bonus demografi didominasi oleh generasi bisu dan cemas.

Generasi emas hanyalah wacana. Bagaimana bisa emas kalau yang mereka hadapi adalah kondisi yang mencemaskan. Gelombang PHK masal menyerbu, para pekerja ditenggelamkan.

Para pencari kerja kehilangan spirit. Di mana ada job fair selalu diserbu ratusan pencari kerja (job seeker) dengan wajah cemas. Bagaimana tidak cemas, peluang mendapat pekerjaan sulit.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...