Langsung ke konten utama

Antusiasme

Ilustrasi antusiasme (image source: EXPERD)

Grup WhatsApp Partey Penulis Puisi (PPP) beranggota 789 (sementara), dan akan ada kecenderungan terus bertambah seiring dimasukkan anggota baru oleh admin atau masuk melalui tautan undangan. Sedekat pengetahuan saya, inilah grup WA terbesar jumlah penghuninya. Tapi, entah juga di luar (negeri), bisa jadi ada yang lebih besar lagi.

PPP sedang menaja lomba cipta puisi bertema pagar laut. Hingga deadline 25 Maret, jumlah peserta yang sudah mengunggah karya puisi terbaiknya ke google form sebanyak 432, mungkin di detik terakhir (injury time) masih akan bertambah. Antusiasme, begitulah. Lebih separuh anggota yang ikut berpartisipasi. Ada anggota grup merupakan juri lomba.

Tidak banyak, hanya tiga orang saja. Tentu saja tiga orang anggota grup yang menjadi juri lomba itu tidak ikut mengirim karya puisi. Memang begitu kegaliban, setiap lomba akan mengundang banyak peserta. Apalagi #LCP #PialaKebangsaan2025 bertema pagar laut ini, panitia menaburkan hadiah yang aduhai menggiurkan. Total hadiah 17 juta rupiah.

Nah, siapa tidak antusiasme melihat hadiah segede itu. Daya pikat hadiah itulah penggerak roda antusiasme yang membius penulis-penulis puisi di seluruh Indonesia untuk ikut berlomba. Dan setelah dimasukkan ke grup tak urung membuat anggota grup tambah besar dan diskusi-diskusinya begitu riuh rendah. Puisi bertaburan diunggah ke WA Grup.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...