Langsung ke konten utama

Buah Mengotori Jalan

Buah yang tak kukenal apa namanya.

Sekilas apabila dibelah, biji di dalamnya mirip sekali dengan buah tin, tetapi ini bukan buah tin. Lalu, buah apakah ini? Waduh, agak susah mencari jawabannya.

Pohon ini tumbuh di depan rumah di Jl. Jambrut, Kel. Kenari, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat. Belum pada matang buahnya sudah berguguran mengotori jalan.

Petugas yang biasa membersihkan jalan sedang libur hari Minggu sehingga buah yang mengotori jalan itu, besok Senin baru disapu oleh petugas kebersihan.

Penampakan pohonnya

Di sekujur jalan Jambrut ini hampir semua bangunan merupakan perkantoran, gedung Pegadaian yang jangkung terlihat menjulang bagai menggapai langit.

Ada 2 gereja, ada hotel Jambrut Inn, ada kafe dan rumah indekos premium yang representatif karena dekat ke perkatoran atau ke kampus UI Jl. Salemba Raya.

Di sebelah belakang Jl. Jambrut adalah Jl. Raden Saleh, tempat gedung PBNU dan Klinik Raden Saleh. Keluar dari Jl. Jambrut langsung ke Jl. Kramat Raya.

Buahnya mirip buah tin, tetapi daunnya berbeda dengan daun buah tin.

Buah yang aneh itu bikin penasaran saja. Kira-kira apa sih gerangan namanya dan mengapa kok sudah pada berguguran selagi masih muda kok tidak setelah tua.

Di bawah pohonnya saya mendongak ke atas mencari apakah ada buah yang sudah tua atau sudah matang ternyata tidak ada, semuanya hijau dan masih muda.

Yang berserakan di aspal saya kumpulkan berikut dua helai daunnya lalu kubidik pake kamera ponsel agar jelas wujudnya. Jauh berbeda kan dengan buah tin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...