Langsung ke konten utama

Jejak yang Tertinggal

Jejak yang tertinggal jaringan operator hotel "Airy rooms" yang sudah tidak beroperasi.

Banyak jejak yang tertinggal di masa saya di Jogja 1980—1990 coba saya telusuri ulang untuk menemukan déjà vu. Tidak semua, hanya sebagian. Yang terutama tentu selasar Teras Malioboro, di sana dahulu ada warung tenda “Soto Indra” karena yang sekarang Teras Malioboro itu dahulu gedung bioskop Indra.

Saya pernah secara intensif saban plesir ke Jl. Malioboro tiap hari Minggu nan Biru mesti dong singgah menikmati semangkuk soto dan segelas es teh manis di tenda itu. Akibatnya si penjual soto hapal dengan wajah saya. Ketika hijrah kuliah ke Malang tahun 86—88 tentu wajah saya hilang dari ingatan si penjual.

Kembali stay di Jogja 1989—1990 karena bantu ngeberesin skripsi adik sepupu, bisa plesiran di Malioboro. Agak menggelikan, kami bareng masuk kuliah di tahun 1983, setelah lulus D3 tahun 1986 saya lanjut S1 di Malang selesai 1988, eh 1989 ia masih berkutat dengan skripsi D3. Gak ngerti, skripsi apa tugas akhir gitu.

Lorong kecil di utara Pasar Beringharjo juga kembali saya telusuri kemarin saat stay di Jogja 27—28 Mei. Di lorong itu saya dapat banyak majalah Tempo bekas yang kebetulan nomornya berurutan, setelah saya bendel hasilnya mencengangkan. Ada beberapa bendel Tempo menambah koleksi bacaan saya.

Di dalam pasar Beringharjo bagian belakang, sebelum dipugar, jadi pusat aneka kuliner. Tentu saja murah karena di era saya tinggal di Jogja harga beras 300 rupiah per kilogram. Setelah reformasi menetas, harga beras mulai merambat naik. Kini, baru saja Jokowi restui kenaikan harga beras jadi 13.900 per kilo.

Sayangnya, setelah pasar Beringharjo dipugar, los-los pedagang bercampur baur antara batik, perkakas rumah tangga, dan kuliner. Alhasil saya tidak berhasil menemukan di mana letak kuliner favorit saya seperti soto, gado-gado, lotek, dan cendol yang enak dan lezat. Butuh waktu yang banyak menggeledahnya.

Pagi tadi setelah tiga malam stay di Jakarta, saya keliling mengitari Jl. Jambrut, Jl. Kramat Raya, Jl. Raden Saleh 1, Jl. Raden Saleh Raya, dan Jl. Cikini 11, saya menemukan jejak yang tertinggal berupa plang “airy” di sudut area parkir hotel John’s Pardede di Jl. Raden Saleh 1. Airy Rooms adalah jaringan operator hotel.

Airy Rooms terpaksa berhenti beroperasi mulai 31 Mei 2020 karena banyak hotel yang tutup lantaran pandemi Covid-19. Airy Rooms adalah startup kedua yang tutup dalam waktu kurang dari dua minggu setelah STOQO. Wah, benar-benar déjà vu karena saya dan istri pernah memesan hotel melalui Airy rooms.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...