Langsung ke konten utama

Arus Balik #2

Arus balik H+7, anak lanang ragil mengambil giliran balik ke kostan di Jakarta Selatan. Sudah satu tahun ia jadi “anak jaksel” sejak keberangkatan pada 28 Agustus 2022 dan memulai work from office sejak Kamis, 1 September 2022.

Kembali ke aktivitas harian sebagai junior video editor pada sebuah platform media berita digital. Setelah satu tahun tentu kompetensinya semakin memuncak. Dengan kondite yang demikian, jadi nilai tambah saat submit an application.

H-1 acara engagement kakaknya, ia interview tahap 2 di sebuah perusahaan penerima pekerjaan dari perusahaan induk di Singapura. Sampai keberangkatannya balik ke Jakarta, hasilnya menunggu pemberitahuan lebih lanjut.

Di era digital ini, menjadi pekerja di industri kreatif atau social media creator, posisinya lebih aman. Seperti sudah di-setting, jelang hari raya ada saja perusahaan yang tiba-tiba seperti “dibangkrutkan” hanya agar tidak membayar THR.

Buruh pabrik adalah SDM yang rawan terkena dampak perusahaan “dibangkrutkan” jelang hari raya. Mereka tidak hanya kehilangan hak mendapatkan THR saja, tetapi juga kehilangan pekerjaan. Memperbesar jumlah pengangguran.

Air mata mereka mengalir. Sebaliknya, mata air pencaharian mereka kering. Terpaksa pulang kampung, mengendap di kampung. Mereka hanya bisa meritualkan perjalanan arus mudik dan tidak lagi bisa meritualkan perjalanan arus balik.

Akhirnya, arus balik hanya milik mereka yang pekerjaannya mapan. Misalnya, ASN di Kementerian, Lembaga Tinggi Negara, dan BUMN. Selain itu, mereka yang bekerja di perusahaan multinasional dan perusahaan swasta bonafide.

Suasana Terminal Kalideres pada H+7 Idulfitri 1444 H. (foto: KoranJakarta dari ANTARA.Com) 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...