Langsung ke konten utama

Selesai Urusan


Dooorrr
. Bak petir senja hari. Rafael Alun Trisambodo resmi ditahan KPK. Ia jadi tersangka tindak pidana pencucian uang dan gratifikasi perpajakan. Mengutip Redaksi Malam, CNNIndonesia, Senin, 3/4/2023).

Sebelumnya, anaknya Mario Dandy Satriyo, beserta pacarnya Agnes Gracia, dan rekannya Shane Lukas, sudah terlebih dahulu ditahan karena menganiaya David Ozora Latumahina, Senin (20/2/2023) malam.

Akibat penganiayaan brutal itu menyebabkan David Ozora koma selama 38 hari. Saat ini masih dirawat intensif di ICU RS Mayapada, Jakarta, memulihkan fisik dan psikis, terutama kesadaran motoriknya.

Meski sudah siuman, tetapi akibat trauma hebat di bagian kepala, membuat kondisi David Ozora dinyatakan mengalami diffuse axonal injury atau cedera otak sangat berat. Butuh terafi lanjutan.

Kelak, Mario Dandy dan Rafael Alun akan duduk jadi pesakitan di depan meja hijau. Suatu hari, hakim akan menetapkan vonis bagi keduanya berdasarkan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU). Tok, tok, tok.

Pada akhirnya, setelah sidang pengadilan usai dijalankan dan palu hakim diketukkan, Mario Dandy dan Rafael Alun dijebloskan dalam bui. Dunia yang benar-benar baru bagi keduanya. Dunia Tipu Tipu.

Bersama dengan penetapan Rafael, turut diamankan 30 tas mewah berbagai merek dan uang Rp32,2 miliar dalam save deposit box di sebuah bank dalam pecahan dolar Amerika, dolar Singapura, dan Euro.

Sepertinya tidak berhenti di barang-barang tersebut, penyitaan terhadap aset dan harta kekayaan lainnya mungkin akan dilakukan, mengarah ke tindakan untuk memiskinkan. Sudah sering dilakukan KPK.

Bermacam aset para pelaku tindak pidana korupsi, pencucian uang, gratifikasi, dan pengemplangan pajak, selalu jadi incaran penegak hukum untuk disita dan (harus) dikembalikan ke kas negara.

Rumah mewah, mobil mewah, tanah bejibun, benda koleksi seperti tas, ikat pinggang, logam mulia, dan arloji bisa dilelang. 40 rekening bank Rafael Alun senilai Rp500 miliar dibekukan. Selesai urusan.

KPK selalu melakukan penggeledahan baik di kantor maupun rumah pejabat yang terjerat tindak pidana korupsi. Dari penggeledahan itu, dokumen maupun uang tunai terkait kejahatan korupsi disita KPK.

Artinya, meski RUUPA (Rancangan Undang-Undang Penyitaan Aset) belum disahkan, KPK tetap melakukan penyitaan aset sebagai barang bukti guna penyidikan dan menguatkan status perkara.

Aset disita tubuh dipenjara, status sosial jungkir balik dari tajir melintir menjadi hina dan miskin, sungguh suatu kondisi tak terpikir sebelumnya. Tidak akan terjadi seandainya saja anaknya tidak berulah.

Barangkali tidak berlebihan bila mengondisikan kehidupan keluarga Rafael Alun sebagai sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah dipenjara masih dimiskinkan pula. Terputuslah nikmat Tuhan (yang didustakan).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...