![]() |
Ornamen bambu di salah satu tenda di Mina. (foto: Moh. Fajri/kumparan.com) |
Ada yang beda pada tenda di Mina disiapkan untuk menyambut puncak haji tahun 2025. Yaitu ada ornamen bambu sebagai
penutup tenda. Sengaja difasilitasi oleh Syarikah Al-Bait Guest agar calon jemaah haji
Indonesia nanti terlindung dari hawa panas secara langsung.
Cuaca di Makkah pada musim haji
adalah yang terpanas di antara empat macam musim di sana. Sebagai siasat untuk meredam serangan
langsung hawa panas, maka Syarikah Al-Bait Guest mengkreasi penutup tenda dibuat
dari bambu berikut lampu-lampu juga dihiasi dengan potongan bambu. (lihat foto di atas)
Jemaah bisa lihat pemandangan
tenda Mina dari atas sambil duduk di kursi bambu. Unik, bambu didatangkan langsung
dari Indonesia. Jaelani asal Cianjur, si pembuat butuh waktu seminggu menyelesaikannya.
CJH bakal nyaman saat menjalankan mabit di Mina.
Pembagian transportasi, akomodasi
& logistik jemaah haji Indonesia di Makkah & Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina)
menggunakan sistem syarikah, bukan sistem kloter seperti biasanya. Ini adalah untuk kali pertama sistem syarikah diperkenalkan pada musim haji 2025.
Syarikah
adalah perusahaan swasta yang melayani jemaah haji. Ada delapan syarikah melayani jemaah Indonesia, yaitu Al-Bait Guest layani 35.977
jemaah, Rakeen Mashariq 35.090 jemaah, Sana Mashariq 32.570 jemaah, dan Rehlat
& Manafea 34.802 jemaah.
Kemudian Al-Rifadah 20.317 jemaah,
Rawaf Mina 17.636 jemaah, MCDC 15.645 jemaah, dan Rifad melayani 11.283 jemaah.
Dengan sistem syarikah ini
memungkinkan jemaah 1 kloter akan terpisah penginapan karena 1 kloter
bisa dikelola oleh lebih dari 1 syarikah.
Kedelapan syarikah di atas dibedakan
oleh warna stiker yang ditempelkan pada paspor, koper, dan ihram/pakaian calon
jemaah haji. Syarikah Al-Bait Guest stiker berwarna hijau tua, Rakeen Mashariq
(ungu), Sana Mashariq (putih), Rehlat & Manafea (merah muda).
Syarikah Al-Rifadah stiker berwarna biru muda, Rawaf Mina
(kuning), MCDC (merah tua), dan Rifad (oranye). Dari stiker yang
tertempel di koper masing-masing, akan ketahuan di pemondokan (hotel) mana
calon jemaah haji ditempatkan dan terpisahkan.
Karena baru kali pertama diterapkan, tak sedikit muncul masalah di
lapangan. Tetapi, para CJH tak usah khawatir, PPIH (Petugas Penyelenggara Ibadah Haji) sigap turun tangan mengatasi masalah yang datang. PPIH dari Tanah
Air bersinergi dengan PPIH Arab Saudi.
Terbaca deh apa gerangan yang menyebabkan suami terpisah dengan istrinya. Walaupun satu kloter, begitu pembagian pemondokan (hotel) karena ditangani oleh syarikah yang berbeda, membuat mereka jadi terpisah. Ada pula kopernya tercecer sehingga koper(gi).
Apa pun yang dihadapi CJH Indonesia,
–kau pergi– menunaikan ibadah haji adalah hal penting yang patut disyukuri ketimbang
larut dalam kekecewaan saat koper tercecer. Jadi koper(gi) dalam serial post blog ini adalah narasi indah perjalanan terjauh ke Baitullah.
Komentar
Posting Komentar