Benar belaka seperti yang aku tulis, niscaya akan ada hujan lain yang menyusul, setelah 'hujan bulan Juni' jatuh menyiram Bumi, 12 Juni 2025. Kemarin hujan datang, bahkan, ada yang bilang mengusung badai.
"Haloooo... halooo gimana Kemiling, aman?" suara di seberang telepon bertanya. Nah, emang kenapa? Oh, ternyata hujan yang di pekarangan rumah aku lihat biasa saja, ternyata badai di bagian lain wilayah kota.
Entah mana saja, mungkin juga di Blok S yang dekat lembah Universitas Malahayati sebab ada yang dapat kiriman video angin puyuh di daerah itu. "Itu jauh dari Blok P. Di Blok P aman-aman saja kok," kilahku.
"Syukurlah kalau aman," sambutnya lega. Suara mbak di Tanjungsenang di seberang telepon. Menurutnya, di sana juga hujan disertai angin kencang. Untung saja pohon matoa di depan rumah sudah ditebang.
Sejak angin badai 24 April yang membuat atap kanopi rumah di Blok O somplak, kemarin angin badai teka maning membuntuti hujan tengah hari. Ngeri-ngeri sedap mempergunakan atap polding dan baja ringan.
Tarik ulur waktu ke masa yang lebih jauh, 21 Februari 2023, rumah di ujung gang yang dekat masjid, atap spandek dengan rangka baja ringan juga somplak oleh angin puyuh. Untung hanya terbalik ke samping.
Gak kebayang jika diterbangkan angin lalu menimpa rumah tetangga. Kerugian bakal dua kali lipat. Dua-duanya korban musibah. Bisakah yang rumahnya kena timpa atap tetangga menuntut ganti rugi?
Komentar
Posting Komentar