Langsung ke konten utama

Pujakesuma

Sekretariat DPW Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma Provinsi Lampung. (foto: zy)

Pujakesuma adalah organisasi yang beranggotakan masyarakat keturunan Jawa yang menetap di Pulau Sumatra. Organisasi ini eksis dan hidup, ada dewan pimpinan pusat dan wilayah. Di Provinsi Lampung, kantor DPW-nya beralamat di Jl. Sultan Badarudin.

Merupakan akronim “putra Jawa kelahiran Sumatra”. Nah, bagaimana dengan anak hasil persilangan dari orang tua yang beretnis Jawa dan Sumatra, tetapi tidak dilahirkan di Sumatra? Ambil contoh, saya Sumatra dan istri saya Jawa, anak kami dua dilahirkan di Jawa.

Ketika mengetahui ada organisasi Pujakesuma sebagai akronim dari “putra Jawa kelahiran Sumatra”, saya lantas secara iseng memelesetkannya menjadi “putra Jawa keturunan Sumatra” sehingga bisa disampirkan kepada anak-anak yang ayah mereka orang Sumatra.

Kepada abang saya yang juga beristrikan orang Jawa, saya pernah berseloroh bahwa anak-anaknya adalah “pujakesuma” alias putra Jawa keturunan Sumatra. Abang saya tertawa mendengarnya dan berkata, “Eh, iya, juga, ya. Ia seperti belum pernah mendengarnya.

Sebagai organisasi yang memiliki jumlah anggota yang lumayan besar, Pujakesuma sering sekali dimanfaatkan calon kepala daerah di Lampung untuk memperoleh dukungan, pengurus DPW Pujakesuma dirangkul agar memobilisasi anggotanya mendukung dan memilih.

Di masa kampanye jelang pemilu sekarang ini, sebagai pemilik hak politik dan hak suara, tentu masyarakat beretnis Jawa anggota Pujakesuma menjadi incaran para caleg untuk mendulang dukungan. Bisa jadi ada bargaining position di situ. Ada harga ada barang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...