Langsung ke konten utama

Investasi Kesehatan

Image source: April's Diary

Menyimak penuturan abang Fathon yang bercerita bagaimana ngah Ima menjelang wafatnya yang tidak tampak seperti orang sakaratul maut pada umumnya. Tak ubahnya orang tidur biasa. Sedari koma pukul 03 pagi hingga napas terakhirnya tanggal di pukul 11:20.

Saya jadi teringat pernah memposting tulisan tentang pesohor meninggal usia muda karena sakit jantung. Mereka yaitu Irene Justine (22), Cecep Reza (31), Mike Mohede (32), Dendi Mulyadi Pasha atau Dendy Mike’s (42) yang merupakan vokalis band Mike’s Apartment.

Irene Justine meninggal di lokasi suting di stasiun TV sesaat setelah jatuh pingsan. Cecep Reza meninggal saat sedang tidur. Mike Mohede tidur siang usai main PS bareng manajernya Indra Djamal, tetapi rupanya Mike tak sadarkan diri, meninggal dalam perjalanan ke RS.

Mereka mengalami henti jantung (cardiac arrest) atau kematian jantung mendadak (sudden cardiac death), yaitu kondisi jantung secara mendadak berhenti berdetak karena gangguan irama jantung (aritmia). Aritmia penyakit penyebab kematian usai olahraga.

Aritmia terjadi karena impul elektrik yang berfungsi untuk mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Akibatnya jantung seseorang berdetak tidak teratur, bisa terlalu cepat, terlalu lambat atau berhenti berdetak. Menyebabkan orang meninggal mendadak.

Kondisi jantung berhenti berdetak itu menggambarkan seseorang tahu-tahu sudah meninggal tanpa kejadian sakaratul maut. Seolah-olah meninggalnya begitu tenang. Meninggal tanpa menderita sakit yang panjang atau tanpa menyusahkan keluarga yang merawatnya.

Ngah Ima, menurut abang Fathon, ya, seperti yang dialami para pesohor di atas. Ngah Ima sedari koma pukul 03 pagi kelihatan seperti orang tidur saja. Isyarat kematian tampak ketika beliau menyilangkan tangan di atas dada (bersedekap) seperti orang yang akan salat. 

Nah, pentingnya menjaga kesehatan jantung dengan menjaga pola makan dan gaya hidup. Olahraga dalam skala kecil yaitu jogging di pagi hari adalah salah satu cara menjalani gaya hidup sehat. Itu bisa dikatakan investasi jangka panjang untuk kesehatan jantung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...