Langsung ke konten utama

Pak Sepuh 4 (Doble Pahala)

Seusai salat Isya tadi malam, jemaah masjid Ikhlas Al-Azhar bersiap untuk takziah hari keenam atas berpulangnya ke Rahmatullah imam masjid kami, Drs. Asrori Abu Hanifah.

Tetiba Ketua RT 012 Apriansyah, tergopoh-gopoh masuk ke dalam masjid memberitahu bahwa Pak Sepuh berpulang ke Rahmatullah sekira pukul 19 saat salat Isya lagi ditunaikan.

Jemaah masjid Ikhlas Al-Azhar sementara fokus untuk bertahlilan hari keenam buat imam masjid almarhum. Baru kemudian sesudahnya pergi takziah ke rumah Pak Sepuh.

Bubar tahlilan di rumah imam masjid almarhum, jemaah pun berbondong-bondong ke rumah almarhum Pak Sepuh, buat menyampaikan ucapan dukacita kepada istri beliau.

Pamong dan petugas rukun kematian menanyakan kepada keluarga, almarhum akan dimakamkan di mana? Ternyata di TPU Klenong, Lebakbudi. Mungkin sudah wasiat dari beliau.

Ada yang berangkat mencari kain kafan dan pelengkapnya, ada yang pergi mencari kembang dan daun pandan. Setelah diperoleh semua, ibu-ibu meronce. Biar besok sudah siap.

Ada yang sibuk menelepon penyewaan terop, ada yang menghubungi petugas penggali kubur. Tadi malam itu juga lubang kubur minta siap. Pemakaman sebelum Jumatan.

***

Jumat pagi, para pelayat berdatangan. Tiga gentong air untuk memandikan jenazah disiapkan, lalu diisi air hingga penuh. Satu gentong diadon sabun, dan satu kapur barus.

Sementara jenazah dimandikan, di teras rumah kami kain kafan disiapkan di atas tikar pandan kemudian digulung, dibawa ke rumah duka. Siap deh dipakaikan kepadanya.

Kurang dari pukul 9 keranda ditandu menuju masjid, salat jenazah dilaksanakan dibagi menjadi 3 shaf. Kurang lebih 75 orang yang menyalatkan. Bila abis Jumatan tentu ramai.

Setelah selesai, ambulance meraung-raung membawa almarhum Pak Sepuh menuju TPU Klenong, tempatnya berjarak tempuh sekira 5 kilometer. Saya iring pake motor.

Proses pemakaman berlangsung lancar. Mendung terasa menggelayut di langit, memayungi pengantar yang sedang menunggu proses penimbunan lubang kubur diselesaikan.

Dua orang penggali kubur duduk di atas nisan di kejauhan. Entah mengapa kok bukan mereka yang menimbun lubang kubur. Sekelebat pertanyaan menyelinap ke bilik hatiku.

Apakah karena jenazah datang dari luar, dalam arti bukan penduduk asli dari sekitar area tempat pemakaman. Tetapi, dahulunya Pak Sepuh adalah bekas penduduk di sekitar itu.

***

Sebagaimana disebut para ulama, tanda-tanda orang yang husnul khotimah adalah meninggal pada malam Jumat atau hari Jumat. Pak Sepuh malam Jumat, berarti bebas fitnah.

Dikatakan, orang yang meninggal pada waktu tersebut akan terbebas dari fitnah kubur. Apakah berarti Pak Sepuh akan ditunda fitnah kuburnya hingga hari Sabtu keesokannya?

Pertanyaannya nyeleneh, ya? Tetapi, untuk tahu sebenarnya, baiknya kita menguliknya dengan mencari referensi, bisa melalui kitab atau melalui artikel di media berita online.

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

Terjemahan bebasnya, ”Setiap muslim yang meninggal dunia pada hari Jumat atau malam Jumat pastilah dilindungi Allah dari cobaan pertanyaan di alam kubur.”

Hadis riwayat Ahmad tersebut di atas adalah salah satu contoh. Didapat dari hasil menjelajah di internet. Tetiba menemu rubrik detikhikmah pada situs berita detik.com.

Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Imam an-Nawawi menyatakan bahwa pada hari Jumat terdapat satu waktu yang mustajab untuk berdoa.

Apabila seorang hamba Allah Swt berdoa atau salat bertepatan dengan waktu tersebut, maka Allah Swt akan mengabulkan doa yang dipanjatkannya. Endah bener.

***

Wah, nanti malam akan terjadi doble tahlilan. Kesepakatan pamong dengan pihak keluarga bahwa tahlilan pada hari pertama untuk Pak Sepuh dilaksanakan bakda Magrib.

Di tempat imam masjid almarhum, tahlilan nujuh hari akan dilangsungkan bakda Isya. Jadi, bakda Magrib jemaah masjid ke rumah Pak Sepuh untuk takziah dan tahlilan.

Selesai tahlilan kembali ke masjid untuk mendirikan salat Isya, lalu kemudian ke rumah imam masjid almarhum, takziah dan tahlilan tujuh hari berturut-turut dipungkasi.

Begitulah kehidupan bertetangga. Fardhu kifayah hukumnya menyempurnakan jenazah sedari memandikan, mengafani, menyalatkan, dan mengantarkan ke peristirahatan terakhir.

Biasanya juga, pada tahlilan niga hari atau nujuh hari, selain memanjatkan doa bagi mayit juga ada tausiah dari ustaz bagi para petakziah sebagai bahan i’tibar agar tercerahkan.

Doble takziah, doble baca Yaa Siin, doble tahlilan, tentu deh doble juga pahala yang diperoleh para jemaah petakziah dari mengaamiinkan rapal doa yang dibacakan Pak Ustaz.

Afdalnya doa bukan dibaca oleh Pak Ustaz, melainkan oleh anak sendiri. Seperti nujuh hari imam masjid almarhum, yang membacakan doa adalah putra sulung beliau sendiri.

Jenazah Pak Sepuh siap disalatkan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...