Langsung ke konten utama

Ginjal, Ganjil, dan Ganjal

Ilustrasi foto gambaran organ ginjal manusia (foto: alodok)

Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila ginjal tidak dapat menjalankan fungsi tersebut, bisa disimpulkan ginjal telah mengalami kerusakan. Apa sebab ginjal bisa rusak? Banyak faktor.

Orang yang menurut diagnosis dokter ginjalnya rusak, tidak dapat menjalankan fungsinya, orang tersebut dikatakan menderita penyakit gagal ginjal. Air yang masuk lewat minuman dan makanan akan tertimbun dalam tubuhnya.

Cairan yang berlebihan dalam tubuh itu akan memberatkan kerja jantung memompa darah, sebab volumenya terus bertambah. Cairan yang berlebihan itu akan merembes keluar dari pembuluh darah, mengisi ruang antar-sel tubuh.

Air yang mengisi ruang antar-sel dalam tubuh itu, dari luar tampak berupa bengkak di bagian tubuh tertentu. Karena itu, orang yang menderita penyakit gagal ginjal itu tidak diperbolehkan minum terlalu banyak. Harus sedikit-sedikit.

Tatkala cairan yang berlebihan dalam tubuh itu sampai menumpuk di paru-paru, Oksigen (O2) dan Karbondioksisa (CO2) tidak bisa leluasa bersirkulasi. Akibat yang timbul, orang yang gagal ginjal akan mengalami sesak napas.

Karena saat minum air harus sedikit-sedikit, maka saat buang air kecil pun akan sedikit pula. Kondisi demikian akan membuat penderita penyakit gagal ginjal tampak pucat seperti orang anemia akibat haemoglobin (Hb) yang rendah.

Penyakit gagal ginjal kronis bisa memicu hipertensi sebagai kompensasi peningkatan volume darah. Bisa mengalami penurunan kesadaran (ensefalopati). Sejauh ini penderita penyakit gagal ginjal ditangani dengan dialisis (cuci darah).

Tetapi, cuci darah hanya merupakan penanganan sederhana dan langkah minimal. Kalau ingin yang lebih bagus adalah dengan cara transplantasi (penggantian organ ginjal) dari orang yang cocok. Kalau tidak, hidupnya di ambang maut.

***

Tepat satu pekan jemaah masjid Ikhlas Al-Azhar ditinggal berpulang imamnya, Drs. Asrori Abu Hanifah. Kami tentu merasa kehilangan. Beliau bukan hanya imam semata, melainkan juga Ketua Takmir masjid, juga yang selalu diandalkan memimpin doa tahlilan. Sesekali jadi khatib.

Setelah beliau tiada, memang ada Muhizar dan Abdur Roni buat mengimami salat serta menjadi khatib. Ada Pak Ustaz Azwar Hasan yang bisa memimpin doa tahlilan. Tetapi, bila suatu waktu beliau berhalangan kan agak susah mencari penggantinya. Terutama untuk memimpin doa tahlilan.

Nah, keterbatasan sosok yang bisa mengimami, memimpin doa tahlilan, menjadi khatib, ini akan menjadi ganjal atas keberlangsungan ritual keberagamaan umatnya di suatu tempat, tidak terkecuali di masjid terbesar di BKP (selain Al-Anshor) jika tidak ada program pengkaderan sebagai imam.

Pengkaderan sebagai imam seyogianya dilakukan dengan cara menjadi imam secara bergantian. Kalau yang maju menjadi imam “seseorang” itu saja akan menjadi masalah saat suatu waktu ia tidak ada, mungkin sedang bepergian atau sakit hingga dirawat di RS. Atau berhalangan tetap.

Lebih bermasalah lagi ketika ia dipanggil pulang ke Haribaan Ilahi Rabbi (berhalangan tetap). Walaupun pada akhirnya akan ada saja “seseorang” baru yang antusias menggantikannya, tetapi sebaiknya jangan mengulang “kesalahan” dengan tampil terus tanpa mau bergantian.

“Memangnya elo doang yang bisa jadi imam?” Nah, takutnya ada geremeng seperti itu. Celetukan di belakang. Karena di masjid kebanyakan (di mana pun), yang jadi imam boleh siapa pun dengan catatan asalkan bacaan Surahnya benar secara tajwid, makhraj, dan panjang pendeknya.

Bukan menguasai Surah dengan jumlah ayat yang panjang yang bagus, melainkan yang biasa saja yang penting hafal. Daripada membaca ayat yang panjang, tetapi di tengah-tengah tetiba lupa kan percuma. Itu justru mengganggu kehusyukan salat. Para makmum cuman bisa diam doang.

Sakit apakah gerangan Pak Asrori? Mungkin bermula ginjal beliau yang bermasalah. Kemudian timbul komplikasi pada organ-organ vital lainnya. Misalnya, jantung, paru-paru, liver, sehingga di bagian kedua mata kakinya muncul bengkak yang ganjil. Terlihat nyata, beliau alami kesulitan saat salat.

***

Bagaimana agar terhindar dari penyakit gagal ginjal? Baik, yang terutama menghindari perilaku ganjil. Jauhi kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan. Jalankan pola hidup sehat dengan disiplin tinggi. Seketat mungkin.

Pola hidup sehat seyogianya sebuah cara, perlu dijalankan orang yang berisiko terkena penyakit gagal ginjal. Misalnya, memaksimalkan masukan cairan ke dalam tubuh, baik melalui air minum dan buah dengan kandungan air tinggi.

Perilaku ganjil yang perlu dihindarkan terutama merokok, minum alkohol, makan berlebihan (pemicu obesitas). Orang obesitas rentan terkena penyakit diabetes, hipertensi, dan serangan jantung koroner. Faktor risiko ini harus ditekan.

Usia 50 ke atas juga menjadi faktor risiko penentu orang bisa terkena penyakit gagal ginjal. Dan, jangan lupa adalah riwayat keluarga. Warning, apabila ada riwayat orang tua merupakan penderita, anak-anaknya harus lebih waspada.

Selama faktor risiko tersebut tidak diupayakan ditekan, selama itu pula prevalensinya tidak akan berkurang. Yang terjadi justru sebaliknya, prevalensinya meningkat terus dan semakin banyak orang divonis penderita gagal ginjal.

Di Indonesia sempat heboh oleh temuan kasus balita dan anak-anak menderita penyakit gagal ginjal setelah minum sirup penurun panas dari merek tertentu. Ada yang sampai meninggal dunia. Orang tua mereka begitu terpukul.

Kasus penyakit gagal ginjal pada balita dan anak-anak, itu menjadi ganjal dalam mewujudkan kebijakan di bidang kesehatan berupa memberikan perlindungan sosial dan kesejahteraan di bidang kesehatan kepada seluruh rakyat.

Kesehatan anak adalah salah satu yang disebut program vertikal. Kebanyakan anggaran kesehatan anak datang dari pemerintah pusat (APBN). Anggaran ini dibagi berdasarkan direktorat jenderal dan sub-direktorat (pembagian pertama).

ilustrasi gambar ginjal, organ vital yang penting dijaga kesehatannya agar fungsinya tidak sampai bermasalah. (foto: radioedukasi.kemdikbud.go.id)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...