Langsung ke konten utama

Iwak Pithik, Keracunan

Contoh menu MBG. (foto: CNN Indonesia)

Waduh, Byung! Belum lagi satu bulan MBG sudah menimbulkan persoalan, meski tidak begitu banyak, tapi cukup miris mendengarnya. Persoalan utama tentu perihal dana. Capres/ Cawapres kadung bacot sewaktu kampanye, janji adakan makan gratis bagi anak sekolah.

Begitu terpilih dan dilantik jadi Pres/Wapres, ya, tentu dong janji yang kadung 'diutarakan' sewaktu kampanye, kudu 'diselatankan' dalam wujud kerja nyata, direalisasikan di lapangan. Oke, dicoba dan ternyata terancam kekurangan dana karena memang negara sedang sekarat.

Ujungnya, bacot lagi. Zakat hendak diberdayakan guna mendanai program MBG. Kontan saja beragam reaksi muncul. MUI tidak setuju. Rakyat yang taat bayar pajak masih pula melalui zakat uangnya diporoti. Sudah PPN 12% untuk barang mewah, masih pula dicari-cari jalan lain, zakat.

Tidak hanya madalah dana, di lapangan pada peaktiknya, muncul masalah dari makanan itu sendiri. Di Sukoharjo puluhan siswa keracunan menu makan gratis tersebut. Ditengarai dari ayam yang dijadikan lauk. Piye, tho. Lah biasane cah-cah kuwi lauhe iwak endog wes mewah, je.

Di sekolah dikasih makan karo iwak pithik malah keracunan, tentu ada yang tidak beres dengan operator (dapur umum) yang meng-cover pengadaan menu MBG di Sukoharjo tersebut. Ini baru Sukoharjo yang 'bersuara', nanti daerah lain akan menyusul. Tunggu saja. Monitor saja.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...