Langsung ke konten utama

Lansia

29 Mei diperingati sebagai Hari Lansia Nasional (foto: koleksi RS Islam Ahmad Yani, Surabaya)

Karena kemarin ditandai ulang tahun saya yang ke-60, maka hari ini usia saya 60+1. Usia yang menandai masuk kategori lansia (lanjut usia).

Vaksinasi kategori lansia itu adalah suntik vaksin bagi orang yang usianya 60+1. Kalau 60 pas belum boleh. Harus +1 hari, baru masuk kategori lansia.

Secara usia 60+1, maka per hari inilah saya baru bisa mendapatkan suntik vaksin dosis pertama untuk kategori lansia. Lumayan lama nunggunya.

Di masa awal program vaksinasi, baru diberikan kepada tenaga kesehatan dan guru serta lansia. Untuk kategori umum, menyusul kemudian.

Seperti yang sudah saya tulis di postingan sebelum-sebelumnya (tentang vaksinasi), saya menunggu kalau ada info vaksinasi dari RT tempat tinggal saya.

Saya pun nitip pesan ke RT sebelah agar menginfokan kalau ada vaksinasi untuk kategori masyarakat umum. Tetapi, tak ada info dari RT tempatku dan RT sebelah.

Bahkan sampai akhirnya saya dapat vaksin dari hasil gerilya mencari secara konektif alias melalui ”orang dalam”, tak jua ada info dari kedua RT tersebut.

Alhamdulillah, saya dapat suntik vaksin dosis pertama pada 21 September dan dosis kedua 21 Oktober. Jauh hari sebelum saya sampai pada usia lansia.

Kalaupun saat itu tidak ada peluang untuk vaksin kategori umum, toh akhirnya saya akan sampai juga pada kategori lansia, baru bisa dapat vaksin.

Tetapi, karena masifnya program vaksinasi masal demi mengejar herd immunity, setelah tenaga kesehatan, guru, dan lansia. Vaksinasi untuk umum dimulai.

Sebenarnya ada akses mudah untuk dapat suntik vaksin kategori umum. Pergi ke Puskesmas membawa dua orang lansia, si pengantar bisa divaksin juga.

Bahkan demi pembelajaran tatap muka (PTM) siswa usia 12 tahun ke atas pun mulai divaksin sebelum PTM dimulai pada Senin, 14 September 2021.

Setelah rentang usia 12 tahun ke atas (kelas VII SMP hingga XII SMA), untuk rentang usia 6—11 tahun (pelajar SD) pun akhirnya mulai divaksin juga.

Dengan makin gencarnya vaksinasi masal, sampailah Indonesia pada herd immunity. Sudah ada beberapa daerah yang dinyatakan bebas Covid-19.

Alhamdulillah, memasuki fase lansia. Alhamdulillah senantiasa sehat walafiat. Alhamdulillah imunitas tubuh tercipta dari ”infeksi” dan vaksinasi.

Ha ha ha ha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...