Langsung ke konten utama

Meta (Pisau)

Per Kamis (28 Oktober), facebook resmi berubah nama menjadi Meta. Media sosial satu ini paling banyak penggunaknya di dunia. Para pemilik akun memanfaatkannya sebagai media keterhubungan dengan lain orang di belahan dunia mana pun.

Selama kurun waktu keberadaannya sejak didirikan 4 Februari 2004 hingga 28 Oktober 2021, facebook memunculkan banyak masalah di jagad media sosial. Akibat statusnya, pengguna facebook yang dijerat UU ITE, tak terhitung jumlahnya.

Banyak aspek kehidupan secara online diakomodasi facebook. Facebook bukan hanya media sosial tempat sekadar berkomunikasi, melainkan juga ajang bertransaksi. Facebook tak ubahnya online shop, tempat orang berkegiatan jual beli.

Melalui facebook orang menekuni marketplace, menawarkan segala macam produk dengan propaganda persuasif yang masif. Beriklan melalui facebook secara gratis menjadi solusi jitu untuk menggerakkan peningkatan omzet penjualan.

Sayangnya, kegitan berdagang di laman facebook ada kalanya disalahgunakan para penjual gadungan yang tidak bertanggung jawab. Ulah segelintir oknum, rusak citra online shop sejagad facebook. Facebooker’s yang ketipu tak sedikit.

Alhasil, di laman facebook, mereka yang ketipu misuh-misuh memuntahkan kekesalan terhadap oknum penjual online yang melakukan penipuan mentah-mentah. Uang sudah telanjur ditranfer, tapi barang yang dipesan tak kunjung diterima.

Oknum. Ya, lagi-lagi oknum yang dikambinghitamkan. Oknum pengunggah berita bohong (hoaks), oknum penyebar konten porno, oknum pengadu-domba yang memacing di air keruh. Semua itu selama ini menjadi masalah di jejaring facebook.

Betapa facebook bak pisau bermata dua. Satu sisi membahagiakan dan menyenangkan, sementara sisi lainnya menyedihkan. Berbagi cerita positif sesama teman, itu sisi membahagiakan dan menyenangkan. Saling caci maki, itu sisi memuakkan.

Betapa jengkelnya pengguna facebook sejagad akibat bocornya data pribadi. Data pribadi yang jadi ranah privasi seseorang tiba-tiba bocor dan menyebar begitu masif, siapa pun bisa mengakses dan menyalahgunakannya untuk kepentingan pribadi.

Akibat terjerat UU ITE, sekian facebooker’s dijebloskan ke dalam penjara. Akibat ketipu online shop, sekian facebooker’s gigit jari. Pertanyaannya, apakah setelah rebranding menjadi Meta, perumpamaan bak pisau bermata dua akan terkikis?

Jawabannya terpulang kepada para pengguna facebook. Bisakah bertindak bijak dalam menggunakannya. Tentu bergantung kepada karakter masing-masing orang. Kalau dasarnya alay ya mau bagaimana. Niscaya susah mengendalikannya.

Meta asal kata metaverse sebagai nama baru facebook, untuk melambungkan keraksasaan media sosial ini atau apa pun targetnya, kalau facebooker’s tetap salah dalam cara menggunakannya, bisa jadi Meta (pisau) memunculkan masalah-masalah baru.

Semoga saja tidak!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...