Langsung ke konten utama

Menjadi Umat Beragama

 



Malam Selikur Ramadan (foto: Getty Images - iStockphoto -   | jeka1984 |

Puisi-Puisi Kemanusiaan

Zabdid Yakub


Malam Selikur

 

ia tiba di tanah lapang

di bawah pohon bernama seribu bulan

ia siasati sekeliling, dilihatnya angin

berjalan begitu pelan, berlalu

mencari pelaku tirakat, iktikaf panjang

memecahkan makna Lailatul-qadr

 

di tengah khusyuknya ia tafakur

seperti ada yang bertanya

tahukah kamu apakah Lailatil-qadr itu?

ia menggeleng, menggeleng, menggeleng


ia menggeleng-gelengkan kepala

ke kiri ke kanan, membaca kalimah tauhid

sudah berjam-jam, tanpa pernah jeda

tanda ijtihad seorang mujtahid

 

si penanya lalu menjelaskan, Lailatul-qadr itu

lebih baik daripada seribu bulan

malam itu turun para malaikat dan Ruh Jibril

atas izin Tuhan untuk mengatur semua urusan

sejahteralah malam itu sampai terbit fajar

 

ia hanya terdiam menyimak penjelasan

lalu hening, si penanya hilang

ia mencari, hanya bertemu angin berjalan pelan

ia kehilangan momentum, menanyakan waktu

kapan sebenarnya Lailatul-qadr itu terjadi

 

tapi, ia kemudian tersadar

ia tafakur, iktikaf panjang

tepat di malam selikur

ia pernah mendengar dongeng di Langgar

Lailatul-qadr turun di malam-malam ganjil

selikur, tigalikur, atau limalikur

carilah, berjagalah, tunggu turunnya

bila belum, coba di tujuhlikur, sembilanlikur

 

20 Ramadan 1445

 

 

Satu Malam

 

di satu malam, yang cahaya berlimpah ruah

sesudah saudaranya merayakan Paskah

giliran dirinya memburu seribu bulan

pada malam-malam berbilang likuran

 

di satu malam, sepuluh hari terakhir

ibadah menahan dahaga dan lapar

perbanyaklah berzikir, tanpa mendesau

setenang angin di permukaan danau

 

di satu malam, penuh keberkahan

setara beribadah selama seribu bulan

manusia dianjurkan memburunya

berjaga, berlama-lama duduk bersila

 

di satu malam, perayaan Paskah

sudaranya juga memperebutkan berkah

memanggul kayu salib penderitaan

menyambut hari kemenangan

 

di satu malam, berbilang likuran

giliran dirinya mengambil bagian

memburu berkah pada Lailatul-qadr

sepanjang malam hingga terbit fajar

 

20 Ramadan 1445

 

 

Saudaramu dalam Kemanusiaan

 

di Ramadan ini, ada satu malam

umat beragama sama-sama beribadah

–yang bukan saudaramu dalam keimanan,

adalah saudaramu dalam kemanusiaan–

umat Kristiani merayakan ibadah Paskah

umat Muslim melaksanakan ibadah Tarawih

tujuannya sama, menyembah Tuhan

ejawantahkan ketaatan, tegakkan kebaikan

 

kamu dan saudaramu dalam kemanusiaan

telah mengukirkan adanya –irisan kebaikan–

waktu beribadah yang beririsan, mengharukan

sama-sama khidmat, ya, khotbah, ya, kultum

khotbah di gereja, kultum di masjid

menyampaikan pesan yang sama

ketakwaan manusia pada Tuhannya

begitulah tanda menjadi umat beragama

 

20 Ramadan 1445


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...