Langsung ke konten utama

Blower Berputar

Setelah saya pikir-pikir memang benar kata si anak, kenapa blower AC saya suruh taruh di bawah? "Kan udara panas dari blower bakal naik ke atas," alasan yang ia kemukakan benar. "Nah, iya juga," pikir saya.

Pendingin udara yang dipasang 6 November silam (baca post-blog di tanggal itu), akhirnya saya minta tolong sama Pak Agus untuk memindahkannya ke atas pada bidang tembok antara pintu dan jendela.

Pemindahan blower dieksekusi kemarin sore bakda Asar. Ada satu alasan lain selain udara panas blower bakal naik ke atas, adalah segi keamanan blower itu sendiri. Bila dipasang di bawah berpotensi hilang.

Mbak Sas mengatakan, "Di bawah begitu mudah sekali mencurinya." Banyak sekali kasus blower AC hilang kena curi karena dipasang di bawah. Pak Agus juga bercerita bahwa banyak blower hilang "dibegal."

Kata Pak Agus, "Dipasang di atas begini kita tidak terlampau khawatir. Lain hal kalau ditaruh di bawah, bisa mudah orang mencurinya." Benar sekali. Ditaruh di bawah juga memakan tempat. Teras jadi sempit.

Setelah dipindah ke atas, teras jadi kembali lapang. Memarkir motor juga leluasa. Dan, tentu saja bisa lebih diberdayakan untuk duduk orang ramai bila ada hajatan atau tahlilan seperti saat Pak Sepuh wafat.

Tahlilan wafatnya Pak Sepuh 12 Mei silam, jemaah takziah membeludak tidak tertampung semua di bawah terop. Tak urung teras kami dimanfaatkan untuk jemaah ibu-ibu RT sebelah, bisa terakomodasi.

Akhirnya, bagai roda berputar, blower tadi di bawah sekarang berpindah naik ke atas. Persis seperti roda berputar, ada masa di bawah dan ada pula masa di atas. Karena itu, post ini berjudul "blower berputar."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...