Langsung ke konten utama

BBC London, Terkenang Ayah

Setiap pukul 06.15 pagi dan 20.00 malam, ayahku ”pasti” mendengarkan siaran berita radio BBC London, dengan radio PHILIPS 4 band kesayangan. Malam, bakda Isya ayahku sudah bersiap untuk menepatkan tali gelombang radionya.

Menepatkan tali gelombang perlu dilakukan agar jarum tuningnya pas pada pemancar radio BBC London. Kadang ayah sendiri, kadang ditemani tetangga yang bertamu dengan maksud sengaja ingin juga mendengarkan berita dari BBC.

Sembari menyeruput kopi panas atau teh hangat dan menghisap dalam-dalam kretek, mereka khidmat menyimak suara penyiar yang hilang timbul tenggelam di sela suara kresek-kresek karena ditangkap pada gelombang SW-1.

Dentang jam di Menara Big Ben dan terompet concerto yang khas di setiap awal siarannya terekam di benak karena telinga kanak-kanakku masa SMP 70—80an juga terbiasa mendengar radio yang punya program pelajaran bahasa Inggris itu.

Aku sendiri sejak lama tidak mendengarkan radio BBC London—yang belakangan namanya jadi BBC News Indonesia—Pasalnya, radio yang biasa aku dengar kebanyakan di pemancar FM. Tak lagi terbiasa menyetel pemancar SW-1, SW-2, dll.

Jumat, 30 Desember 2022, kemarin menjadi hari terakhir siaran radio BBC News Indonesia semenjak kali pertama memulainya pada 30 Desember 1949. Dengan demikian 73 tahun lamanya siaran bahasa Indonesia mengudara di radio BBC.

Heyder Affan (anchor) membacakan pembuka dan penutup siaran berita terakhir sekaligus berpamitan kepada pendengar setia mereka. Didampingi Jerome Wirawan (editor) dengan mata berkaca-kaca menyiratkan rasa sedih mendalam.

Melihat sosok wajah Heyder Affan yang rambutnya seperti ”dikapuri” aku paham tentu sudah cukup lama menjadi achor BBC News Indonesia. Sangat wajar kalau menyiratkan rasa sedih saat membacakan berita terakhir dan berpamitan.

Yang paling melekat diingatanku achor bernama Inke Maris. Kalau radio Australia yang lebih sering aku dengar, hampir semua achornya aku ingat karena radio Australialah yang sering aku pantengin saban malam ketika SMA di Jogja tahun 80an.

Berkembangnya radio FM yang lebih HiFi dari AM/MW dan SW, lama-lama siaran radio pada frekuensi AM/MW dan SW ditinggalkan pendengar. Pengusaha radio pun hengkang dari AM/MW dan SW ke FM. Suara terdengar lebih jernih.

Nah, setelah aku merantau ke Jogja dan kenal dengan siaran radio FM, namun tetap saja masih setia menyimak siaran bahasa Indonesia di radio BBC News Indonesia. Bahkan diperkaya lagi dengan radio NHK Jepang dan radio ABC Australia.

Aku tidak seberapa mengikuti pelajaran bahasa Inggris di radio BBC, tapi rajin mengikuti yang di radio Australia. Aku dapat kiriman buku pelajaran bahasa Inggris radio Australia. Aku bundel rapi dan masih sering aku buka dan baca-baca.

Momen berakhirnya siaran bahasa Indonesia radio BBC News Indonesia, membangkitkan kenangan pada ayah. Andai ayahku masih hidup tentu beliau pun akan merasa sedih kehilangan sesuatu yang sangat disukainya, siaran berita BBC.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...