Langsung ke konten utama

Vaksin Su Dekat

Tenda itu sudah satu pekan berdiri. Tepatnya dekat plang nama perum BKP di gerbang atas (Jl. Imbon). Saya kira untuk posko penyekatan PPKM Level 3 libur nataru (24 Des 2021—1 Jan 2022). 

Setelah saya perhatikan ternyata itu tempat vaksinasi. Saya membatin, ”vaksin su dekat”. Di posisi itu biasanya tempat parkir mobil SIM keliling Polda. Melayani perpanjangan SIM, Selasa—Sabtu.

Tapi, karena di situ berdiri tenda untuk tempat vaksinasi, mobil SIM keliling terpaksa mengalah. Parkir menempati posisi di belakangnya. Di satu jalur sebelah arah masuk perumahan. Tetap strategis juga.

Setelah beberapa pekan lalu suntik vaksin bisa dilakukan di Posyandu sebelah rumah. Ceritanya sudah saya posting di blog ini (Di Depan Mata). Kini suntik vaksin bisa di gerbang atas Perum BKP.

Sudah semakin dekat (su dekat) saja tempat vaksin. Padahal, bulan Agustus—September dulu, kami berjuang mencarikan tempat vaksin anak kami yang WfH, takut kalau segera dipanggil ke Jakarta.

Di bulan-bulan itu Covid-19 memang sudah mulai melandai dan PPKM Level 3 dan 4 mulai turun bertahap ke level di bawahnya (2 dan 1). DKI Jakarta sudah turun ke level 1, masuk new normal.

Berarti aktivitas perkantoran di DKI Jakarta sebentar lagi akan berjalan normal seperti sebelum pandemi. Berarti juga anak kami akan WfO di kantornya. Wah, berarti ia harus segera vaksin, dong.

Nah, mencari tempat vaksin di waktu itu informasinya gelap gulita. Saya wanti-wanti ke Pak RT sebelah yang notabene saudara jauh, tak ada kabar berita. Bahkan hingga hari ini pun tetap senyap.

Pak RT kami sendiri yang baru dikukuhkan secara aklamasi 3 Juli, tak ada gebrakan sama sekali di bidang vaksinasi. Atau kalaupun ada mungkin melalui bisik-bisik tetangga dekat saja. Info senyap.

Sampai pada akhirnya anak kami memperoleh jatah vaksin melalui”orang dalam” di sebuah institusi. Aman sudah. Tinggal saya, kami bergerilya lagi mencari peluang meski harus melalui koneksi.

Setelah anak kami double vaxxed, akhirnya saya pun ketiban tuah juga. September vaksin #1 dan Oktober vaksin #2. Hampir saja harus menunggu masuk kategori lansia dulu baru bisa dapat vaksin.

Alhamdulillah, satu pekan sebelum usia saya masuk kategori lansia, saya sudah double vaxxed juga. Kalau Allah Swt sudah menetapkan, tak ada qadha dan qadarNya yang meleset, atas kehendakNya.

Secara temporer di tiap Puskesmas juga melayani vaksinasi. Tiap kali lewat di depan Puskesmas Beringin Raya saya dicegat dan ditunjukkan tempat parkir oleh jukir, disangkanya akan vaksinasi.

Saya ngeloyor saja lewat. ”Silahkan,” ujarnya.

Semakin dekati akhir tahun ternyata teka-teki perihal virus varian omicron B.1.1.529 mulai tertebak. Virus ini memiliki 32 mutasi di protein S (spike). Virus ini tidak tahan terhadap cuaca panas. Iklim tropis.

Indonesia yang berada di lintang khatulistiwa yang memiliki cuaca panas (suhu tertinggi bisa 33o meski sekarang sedang musim penghujan), mengakibatkan sinar ultra violetnya tinggi, berkisar 6—12.

Fakta demikian, memungkinkan daya tahan orang Indonesia akan kuat menghadapi omicron. Pasalnya, sudah 44 persen lebih penduduk Indonesia yang menerima vaksinasi dosis lengkap.

Itu disebabkan vaksin su dekat, su mudah. Karena itu, tak ada alasan lagi untuk tidak segera disuntik vaksin. Apalagi Satgas Covid-19 menargetkan hingga akhir tahun 2021 harus su vaksinasi semua.

Ayo tetap pakai masker, ayo cepat vaksin

     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...