Langsung ke konten utama

Aneka Perayaan

Saturday Party, December18th 2021 (foto: Busi_28)

Tidakkah selain kelahiran, salah satu perayaan terbesar manusia adalah kematian
(Rusdi Mathari, Seperti Roda Berputar, Mojok, 2018).

Sabtu kemarin menghadiri undangan kolega istri yang menikahkan putrinya. Tempat pesta di depan rumah mereka yang masuk gang.

Panggung tempat puade pengantin didirikan di lahan kosong samping rumah. Meja prasmanan ditempatkan di teras tetangga.

Beruntung betul punya tetangga yang teras rumahnya cukup luas tanpa ada tanaman apa pun. Bisa dimanfaatkan bila ada hajatan.

Kalau meja tempat menata menu prasmanan di teras tetangga samping, di teras tetangga depan tempat menata kursi undangan.

Saya membatin, betapa gotong royong itu begitu penting dalam melangsungkan sebuah hajat apa pun agar berjalan dengan lancar.

Gotong royong terjadi apabila antartetangga hidup berdampingan dengan rukun. Saling peduli antara satu dengan yang lainnya.

Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.”

Hadis ini riwayat Bukhari dan Muslim. Berbuat baik kepada tetangga adalah pengejawantahan iman kepada Allah dan hari akhir.

Makna hadis di atas bukan berarti kalau tidak berbuat baik kepada tetangga adalah cerminan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.

Ada sebagian orang beriman kepada Allah dan hari akhir, iya. Akan tetapi berbuat baik kepada tetangga, tidak. Tetangga, iya. Musuh, iya.

Tetanggaan yang bermusuhan tentu tidak akan saling melibatkan diri dalam hajat apa pun. Baik kelahiran, pernikahan maupun kematian.

***

Acara resepsi pernikahan yang kemarin kami hadiri begitu sederhana. Menu makan yang disajikan juga sederhana, tapi uenake poll.

Sabtu (4/12) saya menghadiri undangan resepsi pernikahan di dua RT tetangga. Hujan membilas bumi sejak subuh, baru reda pukul 14.00.

Dua hajatan yang saya datangi, semua ngunduh mantu, kudu saya hadiri. Kedua-duanya di RT sebelah, Ican di RT 11 dan Ijung di RT 13.

Ican Bintara AD berpangkat Sersan Satu sedang Ijung sarjana komputer yang dulu pernah dipakai jasanya sebagai teknisi di LE-Plus.

Yang pertama saya datangi adalah yang S.Kom. Meski sejak subuh diguyur hujan, saya perhatikan tempat acara tetap baik-baik saja.

Tak ada genangan air dan becek karena meski kecil jalan perumahan diaspal oleh pemkot. Puade pengantin aman karena di bawah tarup.

Saya ambil porsi makan sedikit karena masih akan menghadiri hajatan kedua. Di tempat Sertu ini begitu sederhana, tak ada puade.

Hanya backdrop dipasang di dinding ruang tamu sebagai background apabila ada tamu yang pengin foto bersama pasangan pengantin.

Satu elekton kecil ditaruh di teras rumah, dua biduanita siap menghibur tamu undangan. Yang lebih banyak tampil malah Ibu Ketua RT.

Semula saya menduga pasti akan ada prosesi upacara pedang pora karena pengantin pria adalah tentara. Ternyata dugaan saya keliru.

Barangkali sudah di tempat pengantin wanita saat dinikahkan. Sehingga saat acara ngunduh mantu tampak begitu sederhana.

***

Aneka perayaan yang mau tidak-mau secara terpaksa dilakukan oleh masyarakat, tak lepas dari tradisi atau adat kebiasaan di tempatnya.

Aneka perayaan itu misalnya; aqiqah bayi yang baru lahir, khitan anak laki-laki ketika sudah berusia enam atau tujuh tahun.

Menyelenggarakan pesta pernikahan, tahlilan untuk anggota keluarga yang wafat, dan ada juga (sebagian) merayakan anak yang diwisuda.

Aneka perayaan itu, ada yang penting nggak penting. Kembali lagi kepada tradisi dan adat kebiasaan di tempat masyarakat itu bermukim.

Mewah tidaknya sebuah acara bergantung kemampuan si empunya hajat. Mewah tapi hasil ngutang kan cilaka 12 namanya.

Acara yang dihelat dengan simple tentu lebih afdal daripada jor-joran, sejauh bisa dilakukan dengan simpel, bukan disimpel-simpelkan.

Hidup itu pada dasarnya simpel, terlampau banyak keinginan yang membuat ruwet. Keinginan mengarah kepada ambisi dan ego.

Sumbu keinginan adalah pikiran. Pikiran yang absurd dan irasional. Jadi, jangan sampai dibuat ruwet oleh pikiran. As simple as that.

Sederhananya acara di tempat Sersan Satu itu barangkali dilandasi falsafah hidup yang simpel dan tak mau ruwet oleh keinginan.

Pada dasarnya siapa yang tak ingin tampak mewah. Akan tetapi kalau tak kuat meragati, ya, apa boleh buat yang simpel saja.

Begitu juga acara resepsi kemarin, terkesan simpel. Apalagi hiburannya musik sejuta umat, dangdut. Oh tak ada gending kebo giro di sini.

Ha ha ha, ini cuman Jawa Utara bukan Pulau Jawa sungguhan. Meski (hampir saja) mayoritas penduduknya Jawa keturunan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...