Langsung ke konten utama

Ihwal Family Gathering

Barisan Para Mantu, Araya Homestay, Pacitan, Sabtu, 29 Desember 2018.

Kamis (16/12/2021), Mas Thoha meng-share foto kami berempat para mantu Bapak Soedjatno dan Ibu Soemarti ke WAG ”Keluarga Soedjatno.”

Ibu kita Hj. Soemarti binti M. Soekemi lahir Senin, 4 Juli 1921 baru saja dipanggil pulang ke Haribaan Allah SWT, Rabu, 1 Desember 2021.

Kangen... kapan bisa kumpul bareng lagi, Desember 2018”. Itu caption yang dibubuhkan pada foto yang tayang pukul 10.46 WIB itu.

Foto bertitimangsa 29 Desember 2018. Belum terlampau lawas sih, baru tiga tahun lalu, tetapi dua tahun rentang jarak kita dicekik pandemi.

Di Desember 2018 itulah momen kita kumpul seru, makan bareng di Pari Gogo, kedai favorit Mbak Sum. Menikmati libur pergantian tahun.

Libur Desember paling panjang masanya dibanding libur kenaikan kelas atau tahun ajaran baru. Desember 2019 kumpul di Mojokerto.

Menghadiri resepsi mantenan Adi & Dita. Pulang ke Jogja naik kereta Sancaka, momen kembali merasakan setelah bertahun lupa rasanya.

Dua tahun dibekap pandemi, Mas Thoha memang sama sekali tidak pernah ke Pacitan. Belum bertemu ibu, Mas Par, dan Mas Dodi lagi.

Pensiun sebagai dosen, beliau diberi amanah untuk terus mengajar di Unila. Rezeki Bapak Salih sekaligus obat anti post power sindrome.

Selama pandemi Covid-19 mengajar melalui daring, namun karena ada aturan PSBB dan PPKM, jadi penghalang bisa bepergian jauh.

Hal itu yang membuatnya belum lagi sempat pulang ke Pacitan sowan dan sungkem ibu, Kakak yang merawatnya serta kerabat lain.

Dengan tayangnya foto di WAG itu, ramailah perbalahan. ”Jalan2 keluarga besar soedjatno... belum pernah tuh,” pancing Thomas Agatha.

Menginisiasi family gathering bukan hal sulit, namun acapkali mentok di injury time. Yang ASN terkendala tupoksi di instansi dan halangan cuti.

Pari Gogo, Pacitan, Sabtu, 29 Desember 2018

Pulang ke Pacitan, spiritnya adalah ngalap berkah tuk merawat ibu. Curahan kasih sayang seorang anak, menebus jerih payah ibu dahulu.

Setelah ibu berpulang ke Haribaan Rabb, mata air berkah kering sudah. Berganti air mata kesedihan. Sedih tak terkira dan penyesalan.

Itu satu sisi. 

Sisi lainnya, Mbak Sum dan Mas Par memiliki porsi terbanyak merawat ibu di masa sakitnya. Kita haturkan terima kasih tak terhingga.

Setelah ibu tercinta tiada, beban yang tentu saja memberati pundak mereka berdua selama ini, tak ada lagi. Syukur alhamdulillah.

Beban itu bukan sekadar tenaga. Pikiran dan perasaan justru lebih berat memikulnya. Dan yang lebih penting rasa bertanggung jawab.

Kita yang jauh, ya, namanya juga jauh. Terpisah jarak, ruang, dan waktu, selalu kepikiran dan hanya bisa menanyakan bagaimana keadaan ibu via hape.

Mudah-mudahan Mbak Sum dan Mas Par merasa sedikit enteng dan sedikit lega. Saatnya mengelola waktu, perjalanan menua bersama.

Saatnya menata hati, merawat badan, menjaga keseimbangan hidup. Menikhidup di masa pengsiun. Mengapa menikhidup bukan menikmati?

Jadi, rezeki selalu diiringi cobaan atau musibah. Di balik musibah ada hikmah. Hikmahnya banyak waktu luang. Saatnya menghibur diri.

Saatnya mengubah ketegangan batin menjadi ketenangan batin. Sumber kesehatan badan ada di kesehatan batin. Keduanya saling berkait.

Saatnya self healing, self care, self love dan self reward. Belajar untuk menghargai diri sendiri dan menerimanya dengan segala kekurangan yang ada.

Happiness start with you. Not with your realationships, not with your job, not with your money, but with you. Karena happiness gak ada yang jual.

Apalagi comment Mbak Sum sangat positif. Kata ”cocok” maknanya dalam. Apa pun halnya kalau dirasa sehati sejiwa, pasti cocoklah itu.

Hanya saja, ketika family gathering diseriusi dan dibuka list, sepi peminat. Menyatukan keinginan susah-susah gampang, gampang-gampang susah.

Resepsi Adi & Dita, Mojokerto, Sabtu, 21 Desember 2019.

Hidup itu pada dasarnya simpel, yang bikin ruwet adalah keinginan. Boleh dong punya keinginan. Tentu saja, siapa yang melarang.

Mencocokkan keinginan satu dengan yang lainnya, seperti memadu-padankan pasangan baut dengan mur. Harus dicari pasangan yang klop.

Faktor susah lainnya, baru saja wacana family gathering diapungkan eh Omicron ternyata telah masuk pekarangan rumah besar ”Indonesia”.

Omicron tak pelak akan jadi penghalang tidak saja family gathering, tapi juga seluk beluk kehidupan lainnya. Kembali kita terpenjara.

Kembali lagi ke kendala. Kalau ASN oke ada beban tanggung jawab pekerjaan dan halangan cuti. Sing wes pengsiun pora pengin piknik?

Banyak hil yang mustahal tak terduga dan penuh kejutan di kemudian hari. Hanya doa agar senantiasa sehat, jangan lelah terus langitkan.

Jangan lupa saling mendoakan. Kita tidak tahu di doa ke berapa dan melalui lantunan siapa Allah SWT baru akan mengijabahnya. Still hope. Husnuzan.

Nikmat sehat dan waktu luang itu mengapa orang sering abai terhadapnya? Karena kesenangan duniawi yang fana sering memperdaya.

Teriring ucapan HWA untuk Mas Adi Wicaksono dan Mbak Dita, doa terbaik untuk kesetiaan dan kebersamaan kalian dalam cinta yang suci.

Dah ah, kalau berpanjang-panjang nulisnya nanti mirip nggerundeng gak karuan. Takutnya kena penalti atau kartu merah.

Maaf... Tabik...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...