Langsung ke konten utama

Lupa-Lupa Ingat

Saya sedikit lupa sejak kapan beliau menjalani tindakan dialisis (cuci darah). Rasanya ada pesan WA di tahun 2019 memperlihatkan beliau duduk di brankar RS sehabis cuci darah. Itulah pesan WA kali terakhir yang bisa saya baca sebelum WA saya di-banned terkait hajat pemilu 2019.

Juga sedikit lupa kapan kali terakhir bertemu beliau. Kalau tidak salah di Gedung Graha Sandiego pada pernikahan Rea. Jika dipikir-pikir lama juga rentang waktu terbentang merenggangkan jarak untuk bertemu, menjenguk beliau, memastikan bagaimanakah kondisi kesehatan beliau.

Tetapi, pandemi Covid-19 tahun 2020—2022 lah yang jadi pemicu. Membuat rentang waktu itu berjarak begitu lapang. Lapang selapang-lapangnya. Sedemikian lamanya sehingga membuat orang lupa-lupa ingat pada peristiwa terakhir yang pernah terjadi. Kapan kali terakhir berjumpa seseorang.

Bakda Idulfitri tidak juga kelakon niat sowan bada (lebaran) ke rumah beliau. Pasalnya, kami ada hajat engagement anak lanang mbarep. Jauh hari sebelum puasa, waktu disita kesibukan mempersiapkan syarat rukun yang mesti dibawa ke rumah calon besti. Jadi, terlupa deh niat hendak sowan.

Terlupanya bahkan jauh sekali. Pasalnya, imam masjid kami berpulang. Bersamaan pula dengan ada kondangan yang mesti dihadiri. Belum lagi lapang waktu, tetangga depan rumah berpulang. Tersita lagi waktu untuk tahlilan di tempat imam masjid dan tetangga depan rumah hingga nujuh hari.

Sahdan, bangun subuh tadi ada pesan WA yang dikirim pukul 03:59 mengabarkan beliau berpulang ke Rahmatullah. Karena jenazah beliau akan dikebumikan di tanah kelahiran beliau Dusun Kuripan, Kec. Kedondong, saya lekas mandi dan tanpa sarapan menggesa sepeda motor pukul 06:15.

Foto di bawah, jenazah abang Bas usai disalatkan, sedang dibacakan riwayat hidupnya. Ia diahirkan di Dusun Kuripan, 22/7/1948, lulus IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 1977. Ia menjadi pegawai negeri di Departemen Agama Provinsi Lampung 1/3/1978 dengan NIP 19480722 197803 1 001.

Kariernya mulus dengan berbagai jabatan dari yang tidak strategis sampai yang strategis. Jabatan yang bisa dibilang strategis di Depag (sekarang Kemenag) adalah urusan haji dan kepegawaian. Ia menduduki kursi Kepala Subbagian (kasubbag) Kepegawaian pada tahun 1993—1995. 

Titian karier moncer yang pernah dicicipinya adalah jadi Kakandepag Kota Bandar Lampung periode 2002—2002.  Jabatan Kakandepag baru seumur jagung itu ia letakkan karena terpilih menjadi Kakanwil Depag Provinsi Lampung. Jabatan ini didudukinya hingga dua periode 2002—2008.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...