Langsung ke konten utama

Selalu Ada Cerita

RSUD AM dari area parkir kendaraan

Lama juga laman blog ini tak digerujuk tulisan. Tadi siang kembali besuk ke RSUD AM. Ruang Alamanda, ya, ruang alamanda sepertinya ruang favorit bagi pasien yang rawat inap.

Atau memang SOP rumah sakit milik pemprov Lampung itu bahwa pasien umum dirawat-inapkan di situ, kecuali untuk poli tertentu memang ada ruang-ruang tersendiri.

Agak jarang, terus terang, berkunjung ke rumah sakit. Kalau tidak besuk teman, saudara atau tetangga, ya, tentu tidak mendatanginya. Buat apa, coba. Hal begitu adalah kegaliban.

Untuk diri sendiri, ya, cukup ke klinik dekat rumah. Sakit yang diderita juga sekitar batuk pilek disertai demam ringan. Faktor kelelahan tak dimungkiri acap jadi pemicunya.

Seperti sepulang umrah 17 Oktober langsung ke Banyuwangi 22 Oktober untuk menghadiri acara Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) tanggal 24 hingga 26. Kenapa berangkat tanggal 22?

Karena Lampung--Banyuwangi bukan jarak tempuh yang dekat, terlampau jauh. Sampai sana mestinya dinihari bergeser ke waktu subuh karena jam berangkat memang ngaret.

Di Bakauheni, bus sudah di mulut kapal ternyata tak kebagian jatah masuk ke lambung kapal. Molor lagi menunggu kapal yang sandar berikutnya. Ngaret dan molor jadi benalu.

Benalu? Ya, benalu, kan, menggerogoti pohon yang ditumpanginya hidup. Ngaret dan molor menggerogoti waktu perjalanan yang mestinya lancar malah jadi terlambat lama sekali.

Faktor lelah sepulang umrah, perjalanan serta kegiatan di Banyuwangi dan pulang kembali ke Lampung membuat badan tepar. Dihantam diare dan demam, membuat lelah bertubi-tubi.

Kembali ke RSUD AM. Ya, siang tadi besuk orang tua dari kolega istri sewaktu belum purnatugas yang hubungan baiknya tetap terjaga hingga kini karena mereka memang besti yang asyik.

Tiap kali memasuki koridor rumah sakit itu, hati bergetar. Teringat satu tahun lampau, adik sepupu mengakhiri hayatnya di situ. Kami tunggui tak jua terlepas napas dari jasad.

Begitu kami sampai rumah, kabar duka tersampai lewat wasap. Hanya selisih 28 menit dari kami berpamitan dan keluar pintu kamar rawat inapnya, ia berangkat dengan tenang.

Selalu ada cerita dari balik bilik perawatan yang dingin menggigilkan perasaan, antara kembali pulang ke rumah berkumpul dengan keluarga atau kembali pulang ke Haribaan-Nya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...