Langsung ke konten utama

Gegara Kokok Ayam

ilustrasi gambar ayam berkokok (foto: istimewa/foxnews/detikcom)

“This is Indonesia, not England, not US,” begitu celetuk warga Twitter menanggapi protes bule yang menginap di Homestay Anubaya Bay View, Jimbaran, yang mengirimkan petisi kepada kecamatan Kuta Selatan, Bali, gegara kokok ayam tiap subuh. Kukuruyukkukuruyukkukuruyuk. 

Pihak kecamatan diwakili I Kadek Agus Alit Juwita telah melakukan mediasi, tetapi gagal. Pihak kecamatan menyampaikan kepada pemilik ayam, Made Yadya, supaya merelokasi ayamnya agak jauh dari homestay. Namun, Made Yadya keberatan. Ya, jelas saja, ia penduduk kok.

“Menurut pihak ayam, para ayam sudah terbiasa berkokok setiap pagi, Pak. Pihak ayam teguh akan berkokok setiap pagi seperti biasanya.” Demikian reply dari salah satu pengguna Twitter menanggapi berita yang dirilis detikcom, Jumat, 3 Maret 2023. Ramailah tweet saling berkokok.

Di negaranya sana, sepertinya bule-bule itu hanya kenal ayam yang sudah digoreng (fried chicken) di gerai populer seperti KFC, CFC, AW atau Mc Donald. Yang di sini pun beberapa jenama tersebut cukup mendapat tempat di hati penikmat junk food. Bikin nyandu tur bikin lemu.

Ada cerita menggelitik di sebuah chanel YouTube milik pasangan suami-istri. Wanita asal Indonesia yang menikah dengan pria berkebangsaan Prancis. Saat mengajak suaminya itu pulang ke kampung halamannya di Kalimantan Timur, dia perkenalkan suaminya pada ayam piaraan.

Sang suami gumun melihat ayam peliharaan ayah mertua. Sang suami disuruh istri mengambil telur di kandang ayam, sang suami bertanya bagaimana proses telur menjadi ayam. Dia jelaskan bahwa telur-telur itu harus dierami induk ayam selama 21 hari hingga menetas jadi anak-anak ayam.

Dari nukilan cerita di YouTube tersebut tergambarkan betapa asingnya Orang Barat dengan ayam. Kita Orang Timur lebih berbudaya, lebih menghargai hak tetangga terhadap peliharaannya. Kita tepo sliro dan enjoy saja pada hewan piaraan orang selama tidak ada bahaya mengancam.

Jadi, tidak heran kalau bule yang menginap di Homstay Anubaya Bay View, Jimbaran, itu merasa pusing mendengar kokok ayam di waktu subuh. Karena di negaranya mereka hanya tahunya ayam dalam bentuk sudah digoreng dan mereka hanya bisa menikmati rasanya saat menyantap.

Bagaimana dengan ayam yang berkokok secara periodik sepanjang hari, apa tidak pusing tujuh keliling mereka dibuatnya. Dan yang berkokok tidak hanya satu ayam jantan, tetapi banyak yang kokoknya saling bersahut-sahutan silih berganti. Suaranya melengking tinggi lagi.

Atau ayam yang berkokok malam-malam sekira pukul 2324 atau pukul 02 pagi, yang konon sering di-gutak-gatuk-kan dengan mitos tertentu. Apa tidak lebih sewot itu bule. Bagi masyarakat Indonesia, kokok ayam tengah malam itu sering bikin merinding dan melahirkan cerita miring.

Itu baru ayam, bagaimana dengan gonggongan asu. Nanti ada lagi bule protes gegara asu. Gegara mereka harus nyaman, masak iya kita harus repot. Tetapi, memang repot, mereka tidak kenal budaya “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung atau “lain ladang lain belalang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...