Langsung ke konten utama

Bahasa Lampung Angel

M. Hafiz Alhayyun murid SDN 3 Margodadi, Ambarawa, Pringsewu berhasil mengukir prestasi sebagai juara 1 lomba baca puisi bahasa Lampung dalam ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Yang menarik, Hafiz adalah bukan dari etnis Lampung, melainkan dari etnis Jawa. Dari 42 orang murid SDN 3 Margodadi, hampir semua yang dijaring untuk diikutkan lomba ini, pernyataan pertama yang mereka katakan, adalah merasakan pelafalan bahasa Lampung itu sulit. “Bahasa Lampung itu angel, Pak,” kilah mereka kepada Riki Ardi, guru pembimbing lomba.

Tetapi, alhamduliilah Hafiz bisa menjungkirbalikkan fakta angel. Kenyataannya, Hafiz bisa meraih juara 1. Guru yang membimbingnya, Riki Ardi, meluapkan kegembiraannya atas prestasi yang dicapai anak didiknya tersebut pada laman fesbuk “Komunitas Penulis Puisi (Berbagi & Saling Belajar Membuat Puisi).” Riki Ardi menekankan pesan agar Hafiz tetap rendah hati dan terus giat belajar meningkatkan kemampuan agar lebih menguasai pelafalan bahasa Lampung, intonasi suara, dan gerak tubuh, untuk nanti lomba berikutnya, pada tingkat kabupaten Pringsewu.

“Tetapi, ingat pesan Pak Riki Ardi, Hafiz selalu rendah hati dan selalu belajar dan diasah jangan tumpul. Ingat pada lomba tingkat kabupaten nanti, puisinya bukan itu lagi, melainkan disediakan langsung dari panitia lomba tingkat kabupaten. Insyaallah, bila ada waktu kita kelola lebih dalam agar kamu menguasai bait-bait puisi yang dalam. Bukan jenis puisi bahasa Lampung saja yang harus dikuasai, melainkan semua jenis puisi. Bagi teman-teman kamu yang ingin ikut serta dan mempunyai bakat di bidang seni puitis dipersilakan. Kita gali dan bergabung bersama.”

Beneran Angel-kah?

Secara tidak sengaja saya menemukan postingan Riki Ardi, seorang guru SDN 3 Margodadi, Ambarawa, Pringsewu, di laman fesbuk “Komunitas Penulis Puisi (Berbagi & Saling Belajar Membuat Puisi).” Pernyataan mayoritas murid SDN 3 Margodadi bahwa bahasa Lampung itu angel, tidaklah mengejutkan. Artinya, meski angel, mereka menunjukkan upaya untuk mencoba menuturkannya dalam keterpaksaan karena tuntutan untuk ajang lomba. Yang mengejutkan justru fakta bahwa Hafiz berhasil sebagai juara 1 lomba baca puisi bahasa Lampung, padahal ia orang Jawa.

Jelang sehari peluncuran Buku SAMPIAN, Komite Sastra Dewan Kesenian Lampung menaja lomba baca puisi bahasa Lampung yang puisinya ada dalam buku tersebut. Yang menarik, pesertanya tidak melulu ulun Lampung asli ras Lampung, tetapi juga ulun Lampung ras Jawa, Batak, Bali, dan lainnya lagi. Dan, sekian orang yang ketiban hadiah uang dan piagam penghargaan, bukan hanya ulun Lampung asli ras Lampung, tetapi juga ulun Lampung dari ras lainnya. Ini kan menegaskan bahwa mereka mampu mengatasi kesulitan atau angel-nya melafalkan bahasa Lampung.

Barangkali yang agak angel adalah mengeluarkan ekspresi. Ya, kan, bagaimana bisa mengeluarkan ekspresi seperti gestur tubuh dan penekanan-penekanan intonasi suara pada diksi atau majas tetentu dalam bahasa Lampung, tanpa mengerti makna sebenarnya diksi atau majas tertentu itu. Tetapi, apa yang tidak mungkin bila mendapat bimbingan secara khusus dari guru atau orang yang paham. Hafiz telah membuktikannya. Di bawah bimbingan gurunya Riki Ardi, ia mampu mengukir perstasi yang membanggakan sekolah, guru, keluarga, dan masyarakat lingkungannya.

M. Hafiz Alhayyun dengan piala dan piagamnya (foto: ist)

Hafiz menyerahkan piala dan menerima ucapan selamat dari Kepala SDN 3 Margodadi (foto: ist)

Ucapan selamat & sukses kepada Ananda M. Hafiz Alhayyun dan Zaskia Safitri Juara 1 Lomba Baca Puisi Bahas Lampung dan Juara 3 Solo Song FLS2N Tingkat Kecamatan Ambarawa (foto: ist)


https://www.facebook.com/groups/164715480931225/permalink/1390150201721074/?sfnsn=wiwspwa&ref=share&mibextid=6aamW6



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...