Langsung ke konten utama

Perjalanan Terjauh

Siap-siap menerobos garbarata memasuki pintu pesawat Citilink QG 995 dari Radin Inten II menuju Soekarno--Hatta, Senin, 7/10/2024 pukul 11:20 WIB.

Bermula ajakan umrah bersama. Ya, siapa tidak kepengin umrah, menyampaikan salam dan bersalawat kepada Rasululllah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, 'Kekasih Allah', junjungan umatnya, dan suri tauladan yang dirindukan syafaatnya di pengadilan akhirat kelak.

Maka, mempersiapkan diri adalah pengungkit utama. Mempersiapkan jiwa dan raga setelah niat diikrarkan. Kekuatan mental melebihi kekuatan fisik. Meski usia merambat menua, namun fisik masih bisa mengorkestrasi syarat rukun umrah yang mesti dirituali.

Diam-diam. Gak ada tetangga yang tahu sejak nama didaftarkan pada biro perjalanan umrah atas rekomendasi saudara. Travel umrah ini merupakan member sebuah konsorsium penyelenggara ibadah haji dan umrah di Jakarta yang memiliki akses (nyaris memonopoli) urusan transportasi dan visa.

Setelah nama terdaftar, maka perjalanan terjauh pun sah untuk ditempuh. Mulai belanja semua tetek bengek keperluan ibadah. Tidak langsung semua, dicicil satu per satu berulang-ulang ke toko perlengkapan ibadah haji & umrah sambil tanya-tanya. Mereka berikan list apa saja yang perlu dibawa.

Paspor beres, vaksin influenza dan meningitis sudah bersemayam dalam tubuh, namun lama juga menunggu tanggal keberangkatan. Menonton YouTube tutorial umrah, akhirnya menjadi kesenangan tersendiri. Ngopi pagi sepulang jalan memutari perumahan sebagai latihan tawaf sinambi nonton TV King Saud.

Berdua istri menyeruput kopi sambil menonton pengeliling ka'bah. Kami tandai, setiap malam jumat pelataran ka'bah penuh sesak kerumunan manusia menyelesaikan tawaf. Saat ngopi pagi pukul 06, waktu Riyadh menunjukkan pukul 02 dini hari. Tawaf seakan tak berkesudahan, hanya jeda saat waktu salat tiba.

Setelah packing busana dalam koper selesai, setelah cukup lama menunggu, kami berdua istri sanjau ke tetangga depan kiri kanan, berpamitan. Andung, warga paling sepuh di RT kami seperti hendak menangis. Tiada menyangka beliau jika kami hendak berumrah karena tak ada wara-wara jauh hari.

Ya, kami takut riya' bila cawe-cawe ke tetangga. Cukup di H-1 keberangkatan baru kami berpamitan. Senin, 7/10 Citilink QG 995 menerbangkan kami Lampung--Jakarta pukul 10:20, menginap di hotel Zest (swiss-belhotel) bandara Soetta. Lalu, 8/10 Saudia SV 817 menerbangkan ke Jeddah, take off pukul 09:10 WIB dan landing pukul 14:55 waktu Riyadh.

Setelah menempuh penerbangan 9 jam Jakarta--Jeddah, perjalanan disambung Jeddah--Madinah dengan bus selama 5 jam. Magrib Isya dijamak di hotel Madinah setelah masuk hotel. Setelah makan dan istirahat secukupnya, ibadah tawaf dilaksanakan dan selesai pukul 02 lebih.

Ketimbang pulang ke hotel istirahat kemudian bablas ketiduran, kami atas saran muthawwif lebih baik menunggu subuh di masjid Alharam. Jadilah jami beriktikaf, kiyamul lail, dan zikir menunggu azan subuh dikumandangkan. Tapi, apa lacur, saat salat subuh tak ayal mata digelayuti kantuk.

🖤


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...