Langsung ke konten utama

Mati Muda

Sampul halaman muka REPUBLIKA edisi terkhir 31 Desember 2022 

Hari ini, 4 Januari 2023, Harian republika genap berusia 30 tahun. Sayang, belum sempat merayakan ulang tahun ke-30 republika sudah mati duluan. Terbaca di Twitter 18 Desember 2022, bahwa harian republika ambil langkah kanan. Berhenti terbit dalam bentuk media cetak, berganti media digital.

Kali pertama terbit 4 Januari 1993, Harian republika menggebrak pasar dengan disain perwajahan yang moderen baik size maupun font style dan tata letak rubrikasi. Dua tahun berselang, republika jadi media massa pertama yang meluncurkan portal berita online di Tanah Air pada 17 Agustus 1995.

Pengumuman akan berhenti terbit disampaikan pimpinan republika melalui surat ditandatangani Arys Hilman, Direktur PT Republika Media Mandiri tertanggal 14 Desember 2022 yang ditujukan kepada relasi Harian republika, terkait penyelesaian retur koran, tanggung jawab dan kewajiban keuangan.

Walaupun belum merayakan ultah ke-30nya, taruhlah republika sudah menjalani masa hidup sepanjang tiga dekade membersamai pembaca yang menyasar kepada umat Islam di Indonesia. Karena pendirian republika digagas oleh ICMI di bawah pimpinan BJ. Habibie bersama NU dan Muhammadiyah.

 REPUBLIKA edisi 30 Desember 2022

Dengan keunggulan kualitatif yang mumpuni dan loyalitas pembaca kalangan umat Islam membuat republika berkembang pesat dengan kredo sebagai penyaji informasi yang kredible, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada kaidah kebangsaan. Juga sebagai pemersatu keutuhan bangsa.

Mati di usia 30 kalau diibaratkan manusia ini tergolong mati muda. Bisa jadi masih berstatus jomlo atau kalaupun pengantin baru masih sedang sedap-sedapnya mengecap manisnya bulan madu. Dengan kematian orang tercinta tentu menimbulkan duka dan sedih yang mendalam pasangannya.

Begitupun pembaca setia republika yang begitu gandrung dengan berbagai rubrik, sisipan seperti dialog jumat dan islam diegest. Kedua sisipan ini yang paling saya demen dari republika. Sisipan ini saya kumpulkan dan sementara belum sempat saya bundel. Entah akan jadi berapa bundel nanti.

Fase Baru Republika

Ke depan republika sepenuhnya akan berkhidmat dalam format digital melalui kanal-kanal republika.co.id, republika.id, retizen, dan akun-akun resmi di media sosial. Tentu isi konten yang akan disajikan tidak kalah progresif dibanding koran cetak yang selama ini dikenal pembaca setianya.

Di tengah gempuran kecepatan internet yang sudah masuk era 5G, lansekap media tak urung berubah dari media cetak ke media digital. Semua media online saling bersicepat menjadi yang pertama menganggit berita hasil liputan terkini. Bahkan ditampilkan secara streaming melalui YouTube.

Ada sisi baik dan tidak baiknya. Baiknya, penikmat berita akan mendapatkan informasi lebih cepat. Tidak baiknya, kalau hanya mengejar yang pertama acapkali yang disuguhkan adalah informasi yang masih mentah atau terburu-buru, tidak memenuhi kaidah peliputan berita yang cover both side.

REPUBLIKA edisi 29 Desember 2022

Lebih jelek lagi apabila media online yang menyiarkan berita hasil copy paste dari portal berita sebelah, yang tujuannya hanya untuk mengejar clickbait atau rating. Yang terjadi apa? Masyarakat disuguhi berita yang belum tentu akurat dan sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Berita-berita yang tidak akurat bahkan cenderung hoaks sebenarnya bisa dikenali dari judulnya yang provokatif, namun setelah dibaca badan beritanya ternyata tidak ada kesesuaian antara judul dan isi berita. Judul berita yang provokatif anehnya justru jadi candu, memantik ketertarikan membacanya.

Nah, fase baru republika, terbit dalam format digital ini diharapkan akan membuka cakrawala baru. Bahwa arah lansekap media bukan lagi melalui medium koran cetak melainkan melalui medium gawai di tangan. Sasaran empuk kelas pembaca berita digital ini adalah kaum milenial dan zilenial.

Titik berat media digital yang menarik adalah kekuatan teks, foto, grafis, dan video berikut audio yang jernih. Kekuatan sumber daya yang dimiliki republika tentu tak perlu diragukan. Ada opsi untuk pembaca loyalnya, kanal republika.co.id bisa gratis sementara republika.id berbayar dan langganan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...