Langsung ke konten utama

Keberuntungan

Lantaran simcard XL Axiata hangus karena telat isi pulsa, praktis saya tidak bisa mengakses e-mail Yahoo! karena tidak bisa menerima SMS kode verifikasi dari Yahoo! via ponsel saya.

Itu terjadi pertengahan tahun 2019. Desember 2019 saya coba untuk mengurus re-aktivasi simcard di XL Axiata Servis Center di Jl. Antasari. Kusangka semula bakal mudah dan lancar.

Saya dijebak dengan pertanyaan, ”Kapan ngisi pulsa terakhir, dan berapa?” saya coba jawab, ”Rp10.000, tapi waktunya lupa.” Ternyata jawaban saya salah dan reaktivasi tak bisa.

Saya coba negosiasi dengan opsi bayar denda berapa pun untuk penggantian simcard baru. Opsi itu tidak digubris, alasannya peraturannya harus bisa menjawab pertanyaan jebakan itu.

Saya coba mengingat-ingat lagi. Oh, sepertinya yang benar adalah saya isi pulsa terakhir senilai Rp5.000 sekadar untuk memperpanjang masa aktif sebelum akhirnya simcard hangus.

13 Februari 2020 saya menulis catatan facebook dengan judul Selamat Tinggal Yahoo! sebagai prasasti penanda bahwa telah mati sesosok simcard yang terdaftar di e-mail Yahoo!.

Sebenarnya ada niat ”pindah ke lain hati” yaitu mengurus di XL Axiata Servis Center yang di Jl. Jend. Soedirman, siapa menyana sejak Maret 2020 seantero dunia dilanda pandemi Covid19.

Setahun kegiatan masyarakat dicegat aturan pembatasan sosial berskala besar. Tak terasa tahun 2020 usai, masuk tahun 2021 dengan kematian karena pandemi jadi momok menakutkan.

Bahkan pertengahan 2021 muncul gelombang kedua Covid19 dengan varian Delta yang lebih beringas dari varian lainnya (ada 10 varian). Upaya mengurus simcard sejenak terlupakan.

Tidak sekadar terlupakan, sebenarnya sudah sampai tarap mengikhlaskan. Tapi, eman-eman rasanya, naga-naganya simcard ini belum digunakan oleh siapa pun, ada peluang dihidupkan.

Tahun 2021 pun tak terasa habis dan berganti tahun 2022. Berulang kali notifikasi XL Axiata agar simcard milik istri yang masih 3G di-upgrade ke 4G. Masa pengurusan berakhir Maret ini.

Maka, berangkatlah kami ke XL Center Jl. Jend. Soedirman –kapok rasanya ke Antasari– Nah, di sela-sela proses upgrade simcard, saya iseng nanya kartu hangus apakah masih bisa diaktifkan.

Setelah dicek, benar kiranya dugaan saya bahwa naga-naganya kartu XL saya belum digunakan oleh siapa pun. Maka, sejak siang tadi kartu XL saya hidup kembali. Bisa buka e-mail Yahoo! lagi.

Tapi, berhubung ketatnya kompetisi dalam memberikan layanan internet yang sudah merambah 5G, antar-provider tentu ingin memberikan servis yang terbaik kepada pelanggan setianya.

Untuk itu kartu XL saya bukan lagi sosok kartu lama yang prabayar, melainkan diubah menjadi pascabayar dengan nama XL-Prioritas. Karena itu, isi pulsanya tidak sekadar 10 ribuan.

Yah, sesuai dengan servis yang diberikannya. Dengan mengisi pulsa sejumlah tertentu setiap tanggal tertentu di tiap bulannya, bisa menikmati internet unlimited dan kenikmatan lainnya.

Apa pun itu, sebuah keberuntungan telah kuraih siang tadi. Bagaimana tidak keberuntungan, mengingat oleh Kemenkominfo setiap individu dibatasi hanya boleh memiliki tiga simcard.

Di luar batas tiga simcard itu tak bisa lagi meregistrasi kartu baru. Jadi, kalau tadinya sudah punya tiga simcard tapi satu hangus, maka tinggal dua simcard saja yang bisa dipakai. Jagalah ia.

Setelah simcard XL itu hangus (dulu) saya masih bisa meregistrasi satu simcard. Saya pilih dari provider Telkomsel karena kecil kemungkinannya untuk cepat hangus lantaran telat isi pulsa.

Sebelumnya saya sudah punya simcard 3 yang nggak ada matinya. Simcard ini spesial untuk modem, masih berupa kartu utuh zaman awal keberadaan handphone. Jadinya, saya punya tiga kartu.

Sewaktu saya pakai modem internetan di Pacitan, loh sinyal 3 kok kuenceng banget, ya. Setengah tidak percaya saya. Ternyata itu berkah turunan setelah 3 merger dengan Indosat Ooredoo.

Yah, akhirnya gabung juga dengan Indosat Ooredoo melalui 3. Padahal, dalam hati dulunya emoh. Sejak dijual dulu itu, jadinya kok tidak sreg gitu mau make kartu dari provider luaran begitu.

Ah, hanya solilokui doang ini mah. Di samping nggak ada matinya, eh sinyal kuatnya yang patut disykuri tak terhingga. Yang disyukuri lainnya adalah keberuntungan dapat minyak goreng.

Sepulang dari XL Center menyusuri jalan Imam Bonjol nemu emak-emak lagi antre minyak goreng di depan minimarket biru. Iseng singgah kali aja masih kebagian, dan ternyata benar kebagian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...