Langsung ke konten utama

Ambyar Angan-angan


Konfirmasi positif Covid-19 sempat terjadi tren penurunan dalam tiga hari (Sabtu—Senin), Sabtu (12/2) 55.209, Minggu (13/2) 44.526, Senin (14/2) 36.501 orang. Agak bungah rasanya.

Sempat berpikir sepertinya gelombang ketiga yang dipicu varian Omicron akan cepat mereda. Namun, pada Selasa (15/2) kembali naik drastis menjadi 57.049 orang. Ternyata kian melaju.

Angka yang dahsyat di atas ternyata melampaui puncak gelombang kedua Covid-19 varian Delta pada 15 Juli 2021. Pada puncak Delta tercatat penambahan kasus 56.747 orang. Mengerikan.

Seperti telah diprediksi, varian Omicron akan mengalami lonjankan dan mencapai puncaknya pada Februari—Maret. Faktanya, sejak awal Februari kasus positif harian terus membesar.

Masifnya sebaran varian Omicron ditunjukkan penambahan kasus pada hari Selasa (16/2) sebanyak 64.718 orang. Lonjakan itu dihasilkan dari berbagai ragam aktivitas masyarakat.

Rabu (17/2) jumlah orang terkonfirmasi positif Covid-19 sedikit menurun menjadi 63.956. Akan tetapi PPKM tetap merupakan cara terbaik agar persebarannya tidak semakin meluas.

Kegiatan masyarakat yang menjadi cluster, misalnya PTM 100 persen. Akhirnya PTM dibatasi hanya 50 persen. Sampai akhirnya dihentikan, kembali belajar secara daring.

Hajatan pesta juga jadi cluster, bejo bagi keluarga yang masih sempat menggelarnya hingga Minggu (13/2/2022). Diberlakukan PPKM, disetop izinnya mulai 15 Februari.

Peluang datangnya keberuntungan selalu terbuka, namun keberuntungan tidak datang setiap saat. Orang yang pandai menangkap peluang yang benar-benar akan beruntung.

Orang-orang yang menyelesaikan niat menikah dan menggelar ijab sah pada hari Sabtu (12/2) dan Minggu (13/2) kemarin benar-benar bejo. Mereka menemukan momen yang tepat.

Akan halnya mereka yang keukuh banget pada keinginan untuk menepatkan momen pada yang, —katanya tanggal cantik— seperti 22-02-2022, gelo menemui kenyataan berlakunya PPKM.

Tidak ada salahnya berencana. Tetapi, kalau kemudian tanggal yang menurut kalian cantik itu ternyata dibekap PPKM, apa hendak dikata. Ambyar deh angan menikah di tanggal cantik.

Level PPKM yang dinaikkan dari 1 ke 2, 2 ke 3 atau sebentar lagi level 3 ke 4, membuat ambyar pesta pernikahan yang sejak jauh hari rencananya dikonsep sedemikian matang.

Izin yang semula sudah dikantongi pun akhirnya dicabut pihak berwenang. Gedung, dekor, juru rias, katering, yang sudah di-booking dan di-DP, praktis cancelled semuanya. Reschedule.

Souvenir sudah stanby, surat undangan sudah dicetak dan siap disebar jadi mangkrak. Bahkan barangkali honeymoon yang sudah di angan-angan pun menguap dan sirna. Ati nelangsa.

Ambyar kabeh angan-angan menggelar pesta pernikahan yang sakral. Yang sejak bertahun direncanakan, dikonsep, dan dimatangkan untuk dieksekusi. Gelombang ketiga begitu tega.

Yang kebelet rabi, paling banter solusinya adalah yang penting sah dulu. Nah, kalau hal itu yang dipandang utama dibanding pestanya, bisa diselesaikan di muka penghulu dan saksi.

Tinggal berangkat ke KUA, bismillah ijab sah dilaksanakan, atau melakukannya di rumah kalau memamg dirasa lebih sreg. Tentu dengan catatan, jangan menimbulkan kerumunan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...