Langsung ke konten utama

”INFLUENCER”


Influence
, sepenggal kata bahasa Inggris ini memiliki arti ’mempengaruhi.’ Kalau dalam bahasa bakunya ’memengaruhi’ karena pada kalimat tertentu yang menggunakan kata kerja yang berawalan huruf k-p-s-t akan diluluhkan bila diikuti atau ada imbuhan (awalan) ’me-’, ’men-’, dan ’meng-’.

Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ’influens.’ Jika kata aslinya ditambahi huruf ’r’ untuk melekatkannya kepada ’orang’ atau ’barang’ yang memiliki pengaruh, akan menjadi ’influencer’ yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi pemengaruh.

Apa pun bisa jadi pengaruh dan siapa pun bisa terpengaruh. Tidak usah yang berat-berat, ambil saja misal bacaan. Tidak mesti berupa buku, status seseorang di laman media sosialnya pun akan menimbulkan pengaruh, baik pengaruh yang positif maupun negatif.

Positif dalam arti bila status seseorang tersebut mengandung kelucuan sehingga memancing tawa. Dan negatif manakala status seseorang itu justru membuat orang yang membacanya terpancing emosinya. Karena masing-masing orang punya penafsiran sendiri-sendiri.

Menurut Uda Ivan Lanin, sebuah kata itu netral. Tetapi, penafsiran orang membuatnya memihak. Penafsiran orang yang berbeda-beda timbul dari perbedaan perspektif. Sebenarnya lumrah saja, semua orang bebas menafsirkannya menurut logika dan argumennya masing-masing.

Sebuah teks bebas tersampir dalam sebuah kalimat. Dengan teks tertentu, sebuah kalimat memunyai kekuatan tertentu pula karena the text is an object of pleasure (teks adalah objek kenikmatan). Teks adalah influencer, pemberi pengaruh atau pemengaruh sebuah kalimat.

Konteks bahasa (ko-teks) dan konteks luar bahasa (aspek-aspek lingkungan, sosial, dan budaya), akan menghasilkan makna tertentu pada suatu teks. Boleh jadi pada mulanya sebuah teks bermakna positif tetapi konteks kalimat akan membawanya ke makna negatif.

Makna positif atau negatif itu dihasilkan oleh sebuah tafsir. Lagi-lagi, semua orang bebas menafsirkannya menurut logika dan argumennya masing-masing. Semua orang punya konotasi sendiri-sendiri. Konotasi adalah makna kiasan atau makna tambahan di luar makna sebenarnya.

Tafsir tak ubahnya imajinasi. Melalui bacaan, seseorang akan terpengaruh imajinasinya. Imajinasi yang liar akan melahirkan banyak tafsir terhadap apa yang dibacanya. Masing-masing orang berbeda-beda pula keliaran imajinasinya. Berbeda-beda pula tangkapan hasilnya.

Ada orang, sehabis membaca cerita atau menonton film, berangkat dari tangkapan tafsir dan keliaran imajinasinya, kemudian ia/dia bisa menuliskan cerita itu dalam alur yang lain dan karakter tokoh yang berbeda sama sekali. Itulah sebab kadang ditemukan adanya kemiripan-kemiripan.

Itulah yang disebut influence, influens, pengaruh. Dari apa yang dibacanya, apa yang didengarnya, apa yang dilihat atau ditontonnya, akan memengaruhi imajinasinya menjadi liar. Imajinasi itu bak samudra yang luas, bukan tembok yang mengurung dan memenjara.

Keliaran imajinasi itu akan menuntun seseorang dalam menerima sesuatu yang memengaruhinya. Sesuatu yang tujuannya positif, adakalanya tidak diterima dengan positif. Misalnya, poster atau banner imbauan untuk selalu mengenakan masker, nyatanya tak selalu dipatuhi.

Tentang judul tulisan ini, influencer. Ini melekat pada orang atau barang yang memberi pengaruh. Saya tidak mau membahas dari sisi orang. Daripada salah tulis, nanti menimbulkan salah tafsir. Saya bahas dari sisi barang saja. Tak jauh-jauh dari klangenan saya, yaitu buku atau koran.

Buku atau koran, bagi saya adalah influencer. Barang yang memberi pengaruh. Hampir pasti penulis-penulis tersohor di dunia, kemahiran mereka menulis hingga bisa melahirkan karya besar pun dikarenakan terpengaruh bacaan-bacaan yang mereka lahap, yang menjadi influencer bagi mereka.


BKP, 1 Septembaer 2020




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...