Langsung ke konten utama

Ad-Duha (dan simcard kebalik)

Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalahan), itu salah satu dari sumpah Tuhan Allah Swt. Yang lainnya, ada demi malam (Q.S. Al-Lail : 1), demi masa (Q.S. Al- Ashr : 1), demi subuh (Q.S. at-Takwir : 18), demi fajar (Q.S. Al-Fajr : 1).

Mengapa Allah bersumpah dengan makhluk-makhluk-Nya? Sebenarnya pertanyaan ini tidak patut dilontarkan. Tetapi, bila sebatas ingin merenungkan, bolehlah dikaji apa sesungguhnya hikmah di balik sumpahnya Allah Swt yang demikian.

Allah Swt, Tuhan semesta alam, adalah pencipta, pemilik, pengatur, dan penguasa semua makhluk ciptaan-Nya, karena itu Allah Swt punya wewenang penuh untuk melakukan apa saja yang Allah kehendaki terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Allah Swt memiliki sifat Al ‘Alim (maha berilmu) dan Al Hakim (maha bijaksana). Bertolak dari dua sifat mulia tersebut, maka Allah Swt dalam mengatur dan menguasai jagat raya dan seisinya ini sangat andal dan tak sedikit pun kezaliman.

Begitulah Allah Swt, Rabb semua makhluk ciptaan-Nya. Lain halnya dengan manusia, tak sepatutnya bersumpah selain dengan nama Allah. ”Siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah jatuh dalam kekafiran atau syirik.” (HR. Tirmizi dan Hakim, dengan shahih).

Di atas sekadar pengantar dan ulasan tentang waktu duha dan hubungannya dengan salat Dhuha, yang alhamdulillah langgeng saya dawamkan. Meskipun kadang kala dalam setiap salat sangat sulit melakukannya dengan khusyuk. Angan ngelantur ke segala hal.

Nah, ini ada hubungannya dengan simcard ponsel istri yang tiba-tiba tidak kebaca alias di ponselnya nongol tanda seperti tidak ada kartu sim begitu. Sewaktu sedang salat dhuha tetiba kepikiran jangan-janagn tidak nongol tanda itu karena masang simcard kebalik.

lihat postingan sebelumnya (Eneng-Eneng Wae...)

Kebalik di sini maksudnya saat memasang kepala jadi buntut, buntut jadi kepala. Artinya, yang seharusnya masuk duluan adalah bagian yang di salah satu sudut kartu ada irisan, dan yang bagian tak ada irisan (rata segi empatnya) itu yang seharusnya di luar.

Ternyata benar saja. setelah ponsel istri saya buka, melepas simcard dan memasangkannya kembali dengan posisi sebaliknya dari keadaan semula. Daaaaannnn... tralala... benar saja, di layar ponsel tetiba nongol tanda kalau ada simcard terpasang.

Jadi, salat kurang khusyuk itu barangkali jamak dialami oleh siapa pun. Dalam ceramahnya, beberapa ustaz menjadikan salat orang yang pikirannya melayang ke mana-mana sebagai anekdot atau bahkan jadi topik bahasan, yang memancing gerrrrrrrr.

Kata ustaz, ada ibu yang lupa menaruh dompet, ketika sedang salat lalu tetiba teringat di mana tempat ibu itu menaruh dompet. Nah, kira-kira seperti itulah yang terjadi pada saya. Selagi salat dhuha tetiba kepikiran simcard ponsel istri itu.

Jadi, salat dhuhaku yang kurang khusyuk, ternyata ”ada hikmahnya” ha ha ha ha...


Dan saya tetiba ingat pernah menulis puisi berikut ini:


Mengembalikan Ingatan

 

ingatan-ingatan yang berguguran

jadi preseden buruk dalam kesendirian

kala lupa, entah di mana menaruh kunci

janganlah paksakan diri dalam mencari

 

kesalahan sendiri, jadi tanggungan sendiri

tak ada tempat mencari pembenaran diri

tak pada tempatnya juga mengutuki nasib

karena, kesalahan sendiri bukanlah aib

 

hanya satu cara yang terbilang ajaib

mengembalikan ingatan menemukan kunci

pergilah berwudu, alat penemu yang ajib

lalu, dalam sembahyangmu ingatan kembali


Bandar Lampung, 25 Juni 2019 | 21:45 WIB

   


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...