Langsung ke konten utama

Masker dan Kondom

ilustrasi orang mengenakan masker merah putih (foto: google)


Selama ini, WHO meyakini bahwa virus corona menular melalui  droplet atau cipratan dari orang yang bersin atau batuk, dan belum melalui udara atau airborne. WHO bersikukuh pada keyakinannya tersebut. WHO beranggapan droplet tidak terlalu lama berada di udara, tetapi langsung jatuh ke permukaan tanah atau menempel ke benda yang beredekatan dengan sumber cipratan. Oleh sebab itu, imbauan paling utama WHO adalah untuk sering-sering mencuci tangan.

Beberapa kelompok peneliti kemudian memberikan bukti bahwa virus corona bisa menular melalui udara. Upaya kelompok peneliti untuk meyakinkan WHO dengan bukti bahwa virus corona dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara pun berbuah manis. WHO akhirnya mengakui, bukti-bukti yang disampaikan para peneliti tak bisa  dikesampingkan. 

Perubahan paradigm WHO ini akan lebih menyelaraskan protokol kesehatan. Sebelum ini WHO masih menyangkal bukti-bukti yang disampaikan para peneliti. WHO lalu mengatakan, bahwa protokol kesehatan untuk ruangan tertutup dan ramai mungkin akan diatur ulang. Hal itu juga akan memicu penggunaan masker yang lebih masif lagi dan mengetatkan aturan jaga jarak, terutama di restoran dan transportasi umum.

****

Intinya, protokol kesehatan yang paling vital untuk dilakukan adalah cuci tangan pakai sabun dan di air mengalir (air dari kran), perenggangan sosial (social distancing), menjaga jarak fisik (physical distancing), serta memakai/mengenakan masker secara masif bila keluar rumah, terutama di tempat umum seperti pasar tradisional atau mal, baik masker sekali pakai atau masker kain yang bisa dicuci dan digunakan berulang.

Bahwa ancaman virus Covid-19 ada di depan mata kita, saya rasakan di Pacitan ini. Rumah mbak kami di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan. Di depannya (hanya dipisahkan oleh jalan) adalah Kelurahan Pucangsewu. Sewaktu akan berangkat ke Jawa pertengahan Juni lalu saya unduh aplikasi pedulilindungi. Kita akan terpantau secara otomatis melalui aplikasi ini.

Bila kita berada di zona aman (hijau) atau zona berbahaya (merah), akan menerima notifikasi dari aplikasi ini. Peringatan akan dikirim berulang-ulang melalui notifikasi. Saya sampai pusing karena setiap beberapa detik hape berbunyi ‘tutit-tutit-tutit’, sehingga sering saya nonaktifkan kuota datanya. Akhirnya solusi terakhir, untuk sementara saya blokir dulu notifikasi itu. Baru aman.

****

Sewaktu Kelurahan Pucangsewu (di depan rumah) terkondisikan sebagai zona tidak aman, notifikasi beruntun masuk memperingatkan: ’Anda ada di zona tidak aman’. Tanggal 7/7/2020, Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Pacitan merilis hasil uji swab terbaru dengan 5 confirm positif corona. Satu di antaranya berada tepat di belakang rumah mbak kami (Kelurahan Sidoharjo).

Sawan nggak gais…???

Kalau tadinya virus corona itu ada di pasar-pasar atau mal atau pusat kermaian yang patut kita hindari. Sekarang keberadaannya justru ada di depan atau belakang rumah kita. Serem kan kalau kita bermukim satu RT dengan orang positif corona? Hal itulah yang dialami warga permukiman padat pebduduk RW 006 dan RW 014 Grogol Utara, Jakarta Selatan. Mereka mau tidak mau (kudu gelem) memercayai virus corona benar-benar berbahaya dan mengancam jiwa.

Pasalnya, Sabtu (4/7/2020) di kedua RW tersebut dilaporkan ada 16 kasus positif Covid-19 sehingga diputuskan untuk karantina lokal. Kasus meningkat menjadi 36 orang positif atau lebih dari dua kali lipatnya per Rabu (8/7/2020). Nah, orang positif di belakang rumah mbak kami itu pun kelihatan rumahnya dari jendela dapur. Uhuhuhuuuuu... Suereeeeeme, Cok!!!

****

ilustrasi kondom, alat standar penangkal virus HIV 

Sepertinya, kebiasaan memakai MASKER (untuk mencegah virus) di masa depan akan sama seperti memakai KONDOM (untuk mencegah HIV). Pentingnya menggunakan masker, setidaknya untuk meminimalisasi persebaran virus corona melalui udara (airborne). Yang paling dihindari adalah bersinggungan dengan orang tanpa gejala (OTG), kelihatan sehat tetapi ternyata berpotensi menyebarkan virus.

Budaya menggunakan masker di negara-negara maju seperti Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan, Filipina, bukan hal baru. Sejak 1950-an sampai sekarang, rakyat di Jepang, misalnya, biasa menggunakannya dalam keperluan apa pun karena menjadi bagian sopan santun bersama. Kondisi nggak enak badan, cuaca dingin hingga polusi udara menyebabkan orang menggunakan masker. Sehingga menjadi habit

Bahkan masker juga bisa untuk menutupi rasa malu, terutama untuk kaum wanita, misalnya, yang bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke kantor atau kampus sehingga nggak sempat dandan. Bibir sensual yang belum sempat dipulas pewarna bibir akhirnya tidak akan terlihat oleh orang lain. Dengan begitu masker jadi standar penampilan (lookism) yang menyembunyikan ketidaknyamanan, atau akan membuat penampilan begitu bersahaja dan natural.

(ZY)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kursi Roda Ibu Ani

Kursi roda Ibu Ani dan kesetiaan Pak SBY menungguinya di rumah sakit. Bagaimana bisa melahirkan novel yang menceritakan perjuangan penyintas kanker seperti di buku “Seperti Roda Berputar” tanpa mengikuti proses dari mula hingga kini? Pertanyaan itu yang bersarang di pikiranku. Sewaktu mudik ke Pacitan 21 Mei hingga 3 Juni 2024, kami mengeksplor Museum dan Galeri SBY-ANI. Satu foto memperlihatkan kesetiaan Pak SBY menunggui Ibu Ani di National University Hospital Singapura. Foto Ibu Ani duduk di kursi roda sementara Pak SBY duduk di tepi hospital bed yang biasa Ibu Ani tiduri selama dirawat. Kaki Pak SBY menjuntai. Foto menggambarkan keduanya berhadap-hadapan sambil berbincang akrab. Saya sebenarnya penasaran, apakah Pak SBY menulis buku tentang masa-masa Ibu Ani dirawat hingga wafat. Seperti yang dilakukan Pak BJ Habibie, pasca-meninggalnya Ibu Ainun Habibie, Pak Habibie dilanda demam rindu. Guna memadamkan kerinduan kepada Ibu Ainun itu, Pak Habibie mulai menuangkan perasaan...

Jangan Sakit Deh

“Jangan pernah sakit. Teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan, dan tentu saja mahal.” (Rusdi Mathari). Demikian terbaca di buku “Seperti Roda Berputar: Catatan di Rumah Sakit.” Buku merangkum catatan Rusdi Mathari yang menderita kanker saat-saat menjalani perawatan dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sebenarnya Rusdi Mathari pengin menulis novel tentang sakit yang ia derita dan bagaimana ia mengupayakan kesembuhan dengan menjalani rangkaian pengobatan secara runtut tahap demi tahap. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain silih berganti, ditangani dokter berbagai spesialis yang berkaitan dengan sakit kankernya. Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Rusdi Mathari meninggal di Jumat pagi, 2 Maret 2018. Novel yang ceritanya ia bayangkan akan demikian kompleksitas sekaligus melankolis tidak terwujud. “Seperti Roda Berputar” hanyalah memuat sebagian catatan di rumah sakit yang sempat ia tulis dan terbit di Mojok.co. Pemerintah menghapus kelas 1,...

"Repot Nasi"

Aktivis 98 Bandung dan Jakarta berkumpul di Gedung Sate, Bandung dalam memperingati 27 tahun reformasi. Bandung, 21 Mei 2025. (gambar: strategi.id/Bobby san) Pada hari ini, 27 tahun lalu, Jendral Besar Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI atas desakan beberapa tokoh, di antaranya Emha Ainun Nadjib, Nurcholis Madjid, dll. setelah gerakan mahasiswa menuntut dilakukan reformasi tak terbendung, dengan puncak didudukinya Gedung DPR/MPR oleh elemen mahasiswa dari berbagai universitas di Jakarta dan juga luar Jakarta. Beberapa tokoh yang dikomandoi Amien Rais --yang kemudian membuatnya dijuluki Bapak Reformasi-- mendesak Soeharto untuk mundur sebagai presiden. Setelah didesak Harmoko (Ketua DPR), Soeharto pun menyerah lalu menyampaikan pidato. Namun, bukan mundur atau meletakkan jabatan yang jadi narasi dalam pidatonya, melainkan berhenti . Dengan tenang ia mengatakan, "Saya menyatakan berhenti sebagai presiden Republik Indonesia terhitung mulai hari ini." Pagi menjelan...